Pelayanan Kurang Maksimal, Berhenti Langganan Sampah TPST
Ahmad Mufasil menunjukan green-vortex incinerator sebagai solusi pengelolaan sampah yang selama ini menjadi polemik.-FIJRI RAHMAWATI/RADARMAS-
BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Persoalan pengelolaan sampah masih menjadi polemik. Ketika berlangganan ke tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST), jadwal pengambilan kurang maksimal.
Hal tersebut dialami oleh lembaga pendidikan seperti SMK Ma'arif NU 1 Sumpiuh. Lantaran pengambilan sampah kurang maksimal, berimbas menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap.
"Kami mencari solusi, bagaimana sekolah bisa mengelola sampah sendiri, sedangkan anorganik sulit didaur ulang," kata Waka Sarpras SMK Ma'arif NU 1 Sumpiuh Ahmad Mufasil, Jum'at (9/5/2025).
Volume sampah anorganik yang hasilkan rata-rata harian sekira empat tempat sampah ukuran sedang. Kebanyakan plastik bekas jajanan basah. Sehingga, ketika terjadi keterlambatan pengambilan dari TPST maka sampah menjadi bau.
BACA JUGA:Dump Truk Rusak di TPST Sumpiuh Dikembalikan ke Dinas untuk Penghapusan
BACA JUGA:TPST Sumpiuh Menunggu Perbaikan Atap Rusak
Sedangkan sekolah telah membayar iuran sampah setiap bulannya ke TPST. Namun, pelayanan kurang maksimal.
"Akhirnya diputuskan berhenti langganan ke TPST. Sampah kami kelola mandiri," imbuh Fasil.
SMK Ma'arif NU 1 Sumpiuh mengelola sampah anorganik menggunakan mesin green-vortex incinerator yang dilengkapi dengan filter. Ujicoba pembakaran sampah telah dilakukan.
Dengan adanya mesin green-vortex incinerator untuk mengelola sampah anorganik. Diharapkan ke depannya dapat mengatasi persoalan sampah yang selama ini kerap terjadi di lingkungan sekolah.
BACA JUGA:Perbaikan Atap TPST Sumpiuh Direncanakan Paska Lebaran
BACA JUGA:Tarif Iuran Sampah TPST Sumpiuh Disoal
"Karena telah melalui filter, asap hasil pembakaran tidak mengeluarkan partikel," jelas Fasil. (fij)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


