Kuat Waluyo (55) Senang Gamelan Sejak Kecil

Kuat Waluyo (55) Senang Gamelan Sejak Kecil

SANGGAR. Kuat Waluyo dengan sanggar Sekar Dewi miliknya -AAM JUNI/RADARMAS-

Takdir kemudian membawanya untuk mendaftar di SMKI Banyumas. Ia ambil jurusan tari dan karawitan. 

"Setelah itu lanjut di ISI Jogja ambil jurusan karawitan. Begitu kuliah di ISI rupa-rupanya bapak saya merintis lagi untuk punya gamelan di tahun 90an, mulai mipil lagi dari awal," terangnya. 

BACA JUGA:Persiapan Jelang Pemilu Terus Dilakukan di Cilacap, Jumlah KPPS Masih Kurang

Ia merampungkan pendidikan di ISI Jogja tahun 93. Setelah itu langsung mengajar sebagai guru honorer sampai tahun 2004 di SMKI Banyumas. 

"Tahun 93 saya itu ikut rombongannya dalang Gino sebagai pemain karawitan sampai tahun 2004. Awalnya nonton, nonton di Polres Banyumas. Tampil perdana sebagai pengrawit September tahun 93 bersama dalang Gino," tuturnya. 

Saat itu ia mengaku sempat terlena. Dalam satu bulan ia bisa dua puluh kali mentas bersama dalang Gino. Upah yang ia terima juga lumayan saat itu. 

BACA JUGA:Rayakan HUT ke-66 Pertamina, GM dan Perwira Kilang Cilacap Lari 66 Km

"Tahun 2003 sudah ingin tidak ingi njadi pengrawit. Tahun 2003 saya ditawari ngajar di SMP N 5 Purwokerto untuk ngajar. Setahun kemudian di tahun 2004 pindah ke SMP 5 ngajar mulok budaya banyumas terus menjadi hononer tahun 2007 ada pengangkatan PNS dari tenaga honorer dan saya sudah memenuhi syarat lama pengabdian," tuturnya. 

Di tahun 2015 hasrat ingin mempunyai set gamelan lengkap muncul. Sama seperti ayahnya dulu. Sedikit demi sedikit ia sisihkan uang untuk membeli gamelan. 

"Waktu itu karena saya dibesarkan oleh karawitan saya ingin punya gamelan tahun 2015 sudah mulai mipil. Saya ingin yang perunggu. Baru komplit 2022. Tujuh tahun, karena mipil," terangnya. 

BACA JUGA:Pengelola Wisata di Cilacap Diminta Utamakan Keselamatan

Agar semakin representatif, ia sekalian membuat tempat gamelannya. Ruang belakang rumahnya bekas bengkel kayu ia renovasi total. Sekarang ruangan berukuran 5,5 meter x 6 meter itu sudah menjadi sanggar. 

"Harga gamelan sekitar Rp 55 juta dan untuk tempatnya Rp 10 juta," tutur pria asli Desa Wiradadi itu. 

Sanggar itu kini banyak digunakan untuk mengenalkan gamelan kepada anak-anak dan juga generasi muda. 

BACA JUGA:Masih Ada Calon Jemaah Haji Banyumas yang Belum Vaksinasi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: