Melihat Keseruan Bocah Pangon dalam Tradisi Keba di Klinting

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Warga Desa Klinting, Kecamatan Somagede yang menganut agama Hindu, masih mempertahankan tradisi keba atau tingkeban, berupa selamatan bayi usia tujuh bulan dalam kandungan.

Warga setempat, Salemiati menceritakan rangkaian acara keba atau yang juga disebut mitoni. Diawali dengan umat Hindu melantunkan kidungan Jawa tembang macapat di malam hari.

"Siang harinya, dilanjutkan selamatan keba menyediakan tumpeng ungup-ungup yaitu tumpeng isi telur, ayam untuk bocah pangon," papar Salemiati, Kamis (25/1/2024).

Bocah pangon merupakan istilah untuk menyebut anak-anak yang mengikuti selamatan keba. Ada banyak keseruan yang dinantikan oleh bocah pangon pada momen tingkeban.

BACA JUGA:Menggali Makna dan Keunikan Tradisi Mimiti Pari, Ritual Sebelum Panen Padi di Banyumas

BACA JUGA:Hujan Membuat Tradisi Krapyak di Watuagung Semakin Sakral

Dalam proses selametan, bocah pangon diciprat air dadap serep atau godong tawa. Lalu, ibu hamil menunjuk anak yang dinilai paling baik perangainya. Berharap jabang bayi nantinya memiliki sifat yang sama baiknya.

Kemudian, hal yang ditunggu-tunggu bocah pangon adalah lempar koin dan menangkap belut. Keriangan anak-anak berebut uang yang dilempar. Juga, kesulitan mendapatkan belut karena bergerak-gerak dan licin.

Tuan rumah juga mendatangkan dukun bayi untuk memimpin prosesi adat tingkeban. Umat Hindu memohon keselamatan untuk calon ibu dan bayinya. Juga, memanjatkan doa agar persalinan nanti berjalan lancar. Serta bayi yang dilahirkan memiliki budi pekerti luhur.

"Umat Hindu masih melestarikan tradisi keba, acaranya sederhana, tidak ramai meriah, yang penting dapat maknanya," imbuh Salemiati.

Di rangkaian akhir prosesi keba, bocah pangon kepungan makan bersama tumpeng ungup-ungup. Lengkap dengan sayur urap, rujak, dan aneka olahan masakan lainnya. (fij)

Sumber: