Kesenian Kentongan Musik Tradisional Khas Banyumas, Sejarah dan Perkembangannya Hingga Kini

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Kesenian Kentongan atau tek-tek sudah ada sejak awal tahun 1970. Kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan kesenian yang atraktif dan banyak digemari oleh semua kalangan. 

Dahulu Kenthongan digunakan sebagai tanda pengingat, komunikasi jarak jauh, penanda adzan,maupun sebagai tanda bahaya. Makna bunyi diatur sesuai kesepakatan masyarakat

Kenthongan saat ini tidak lagi digunakan sebagai alat komunikasi, Fungsi Kenthongan kemudian bergeser digunakan sebagai alat musik.

Kenthong dimainkan dengan cara memukulkan tongkat kayu atau bambu kecil berukuran 20-30 cm. 

BACA JUGA:Info Lengkap Banyumas Kenthongan Night Parade 2023: Jumlah Grup, Rute, dan Waktu Mulainya!

BACA JUGA:Besok Malam Bakal Ada Kentongan di Purwokerto, Ini Rutenya

Kesenian Kenthongan disajikan dalam bentuk kesenian karnaval atau drumband. Biasanya ditampilkan sambil berjalan/devile dan bermain dalam seni konfigurasi.

Dalam pertunjukan biasanya ditambah instrumen lain seperti angklung, bedug, tepak, tamborin, suling, simbal, kecrek, dan juga drum untuk menyiasati bunyi kenthongan yang monoton dan tidak memiliki nada dasar.

Di daerah Banyumas tepatnya di Desa Mejingklak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah grup kesenian tradisional kenthongan yang bernama "Pudang Satria".

BACA JUGA:Jadi Alat Musik Tradisional Banyumas, Yuk Kenal Lebih Dekat dengan Kentongan

BACA JUGA:Macam Arti Bunyi Kentongan Sebagai Alat Informasi dan Komunikasi Tradisional Khas Banyumas.

Kesenian grup "Pudang Satria" memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri serta penyajiannya juga menggunakan aransemen yang rapi dan terkonsep secara baik.

Dalam permainan kesenian kenthongan jumlah instrumen ritmis digunakan lebih banyak dibandingkan dengan instrumen melodis.

Instrumen melodis yang digunakan dalam permainan kenthongan yaitu berupa angklung, yang terbuat dari bambu yang tersusun, serta dikaitkan dengan karet.

Sumber: