Sejarah Kentongan di Banyumas: Budaya Kebanggaan!

Sejarah Kentongan di Banyumas: Budaya Kebanggaan!

Sejarah Singkat Kenthongan di Banyumas-jatengprov.go.ig-

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Sejarah singkat Kentongan di Banyumas tentu menjadi informasi menarik bagi penikmat budaya di Barlingmascakeb. Bagaimana tidak, Kentongan telah sukses menjadi kebanggaan warga Barlingmascakeb khususnya Banyumas.

Bahkan dengan percaya diri, Banyumas sukses menyajikan Banyumas Kentongan Night Parade dalam penyambutan delegasi luar negeri.

Kentongan berlangsung amat meriah di gelaran Smart Green ASEAN Cities (SGAC) Programme's 2nd City Windows Series.

Penasaran dengan sejarah singkat Kentongan di Banyumas? berikut informasinya telah Radarmas rangkum dari berbagai sumber;

BACA JUGA:Info Lengkap Banyumas Kenthongan Night Parade 2023: Jumlah Grup, Rute, dan Waktu Mulainya!

BACA JUGA:Kesenian Ebeg: Budaya Banyumasan yang Aktraktif

 

Sejarah Singkat Kentongan di Banyumas

 

Kentongan bukanlah sebuah budaya yang baru kemarin ditemukan. Kentongan sudah ditemukan sejak awal masehi yang berasal dari legenda penjelajah legendaris yang bernama Cheng Ho dari Cina.

 

Perjalanannya hingga ke tanah Nusantara yakni dengan misi keagamaan. Kala itu Cheng Ho menemukan kentongan sebagai alat komunikasi yang berkaitan dengan ritual agama.

 

Seiring berjalannya waktu, estafet sejarah Kentongan sampai ke masa Raja Anak Agung Gede Ngurah sekitar abad XIX yang menggunakan alat Kentongan untuk mengumpulkan massa.

 

Beralih saat masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsan kerap juga digunakan sebagai pengumpul massa.

 

BACA JUGA:Bupati Purbalingga Minta Masyarakat Lestarikan Budaya Lokal

BACA JUGA:Pawai Budaya Dipadati Ribuan Warga, Peserta Tampilkan Berbagai Seni dan Budaya

 

Uniknya di Pengasih, Kentongan ditemukan sebagai alat untuk menguji kejujuran dari calon pemimpin di daerah tersebut.

 

Pada akhirnya Kentongan mulai dikenal oleh masyarakat Banyumas pada awal tahun 1970 yang saat itu dijadikan sebuah pertunjukan kesenian atraktif.

 

Seiring berjalannya waktu hingga pada 2004, sudah tercatat ada 368 grup musik Kentongan di kabupaten Banyumas, belum di daerah sekitarnya seperti Purbalingga, Cilacap, hingga Banjarnegara.

 

 

Pada prosesnya, Kentongan menjadi budaya yang perkembangannya sangat apik. Yakni adanya penambahan alat musik lain dalam pertunjukannya seperti angklung, teplak, bedug, seruling, hingga tarian.

 


Tiga puluh satu grup kentongan dari 27 Kecamatan dan empat grup eksibishi mengikuti lomba Kentongan tingkat Kabupaten dalam rangka hari jadi Banyumas ke 452, jumat malam (24/2/2023). (Dimas Prabowo/Radar Banyumas)--

 

BACA JUGA:Hari Ini Pawai Budaya, DLH Yakinkan Bisa Atasi Sampah Paska Karnaval

BACA JUGA:Pemkab Purbalingga Gelar Pawai Budaya, Ini Rute dan Rekayasa Lalu Lintasnya

 

Aroma budaya Kentongan menjadi begitu kuat saat mulai dijadikan festival yang rutin diadakan secara keliling setiap perayaan hari jadi kabupaten Banyumas.

 

Tanpa menghilangkan khas Kentongan, kini budaya tradisional tersebut telah sukses melakukan adaptasi atau penyesuaian di era modern di mana banyak grup yang membawakan lagu-lagu pop.

 

Menariknya, Kentongan terus disesuaikan dengan zaman modern sehingga terus survive. Hal tersebut dilakukan oleh grup musik kentongan yang terdiri dari mahasiswa Unsoed.

 

Mereka berhasil memadukan alat musik Kentongan dengan DJ. Kumpulan anak muda kreatif tersebut berhasil menyajikan Kentongan tanpa label “kuno” yang melekat.

 

BACA JUGA:Sambut Delegasi Luar Negeri, Pemkab Gelar Banyumas Kenthongan Night Parade

BACA JUGA:Festival Kenthongan Tutup Rangkaian Peringatan HUT Ke 78 Kemerdekaan RI di Purbalingga

 

Saat Kentongan di Banyumas masuk tahun 2000-an, dalam pertunjukannya mulai mengolaborasikan dengan alat musik lain seperti Calung dan Angklung sehingga penikmat Kentongan lebih dapat menikmatinya.

 

Bahkan untuk saat ini, pertunjukan Kentongan begitu modern karena dilengkapi dengan alunan mini drum, kendang yang terbuat dari ban bekas, bedug, kecrik, hingga seruling.

 

Perkembangan alat musik yang semakin beragam dari sebuah pertunjukan Kentongan rupanya turut diikuti dengan perkembangan aransemen musik, lagu, seragam, hingga tariannya.

 

Pertunjukan kentongan memasukkan unsur tari dengan penampilan penari laki-laki dan perempuan. Gerak penari perempuan yang diperlihatkan tentu memiliki khas Banyumasan di mana tegas, patah-patah, dan memainkan gerak pinggul dan bahu.

 

BACA JUGA:Kembali Digelar Setelah Vakum 3 Tahun, Festival Kenthongan Disaksikan Ribuan Penonton

BACA JUGA:Tiga Kesenian Banyumas Diusulkan WBTB: Kenthongan, Legenda Kamandaka, dan Wayang Bawor

 

Sedangkan penari laki-laki, pada umumnya mereka akan membawa ebeg dan tameng.

 

Pengertian Kenthong sendiri atau alat musik utama dalam pertunjukan Kentongan yaitu merupakan alat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu atau kayu yang dimainkan dengan alat pemukul berukuran 20-30 cm.

 

Menariknya, kini penggunaan angklung seolah wajib dari sebuah pertunjukan Kentongan yang membuktikan adanya akulturasi budaya Sunda dan Jawa.

 

Demikian informasi mengenai sejarah singkat Kentongan, semoga dapat menambah wawasan bagi pembaca Radarmas di manapun berada. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: