Intip Keunikan Tradisi Slametan Anak-putu Bonokeling yang Masih Terjaga dari Generasi ke Generasi

Intip Keunikan Tradisi Slametan Anak-putu Bonokeling yang Masih Terjaga dari Generasi ke Generasi

Slametan merupakan salah satu tradisi anak-putu Bonokeling yang tetap lestari di tengah perkembangan zaman-Instagram @instajatilawang-

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID – Slametan anak-putu Bonokeling merupakan salah satu tradisi yang masih dipegang teguh dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Bukan sekedar acara makan bersama, Slametan yang dilakukan anak-putu Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas memiliki keunikan tersendiri.

Nah, kira-kira hal apa aja sih yang menarik dari tradisi ini? Berikut adalah sederet keunikan Slametan anak-putu Bonokeling: 

 

1.     Dipimpin oleh Patron

Tradisi Slametan yang dilakukan oleh anak-putu Bonokeling memiliki keunikan dari segi pelaksanaannya.

Masyarakat Bonokeling termasuk dalam masyarakat adat yang memegang teguh sistem Patronase, sehingga yang bisa memimpin kegiatan Slametan ini hanyalah Bedogol atau Kyai Kunci yang menjadi patron (pelindung) dari si penyelenggara Slametan. Selain itu, Bedogol ataupun Kyai Kunci.

 

2.     Adanya Teks Pujudan

Selain sistem Patronase, keunikan lain dari penyelenggaraan Slametan oleh anak-putu Bonokeling yaitu adanya teks Pujudan. Teks Pujudan ini merupakan teks doa yang dibacakan oleh anak-putu Bonokeling ketika kegiatan Slametan berlangsung.

 

Pembacaan teks Pujudan ini dipimpin oleh Bedogol atau Kyai Kunci. Teks Pujudan yang dibacakan pun berbeda-beda tergantung dari jenis kegiatan Slametan yang dilakukan.

 

Misalnya Slametan terkait siklus hidup, teks Pujudan meliputi Pujudan Jenengan (pemberian nama), Pujudan Keba/Tingkeman (tujuh bulanan), Pujudan Puput Puser (lahiran). Adapun Slametan terkait keperluan hidup, teks Pujudan meliputi Pujudan Nglabuhi (Tandur Pari), Pujudan Nyadran, Pujudan Tuku Motor.

 

BACA JUGA:Lestarikan Tradisi, Warga Mujur Lor Panen Padi Gunakan Ani-Ani

BACA JUGA:Penganut Aboge Sumpiuh Lakukan Upacara Kemerdekaan RI yang Sarat Tradisi

 

3.     Jenis Makanan yang Berbeda-beda

 

 

Keunikan lain dari tradisi Slametan anak-putu Bonokeling adalah jenis makanan yang berbeda-beda tergantung pada jenis kegiatannya. Misalnya pada Slametan Keba (Tujuh Bulanan), jenis makanan yang disajikan seperti tumpeng, bubur, lepet, kupat, dawegan (kelapa muda), jipang.

 

Jenis makanan tersebut tentunya akan berbeda dengan jenis makanan yang disajikan ketika Slametan Pernikahan. Jenis makanan ketika Slametan Pernikahan antara lain, ambeng salawue (nasi beserta lauknya), ayam, oseng tempe, mie, rempeyek, serundeng, dan masih banyak lagi.

 

4.     Adanya Makna di Setiap Makanan

 

Makanan yang disajikan saat Slametan mempunyai makna tersendiri bagi anak-putu Bonokeling. Makanan tersebut memiliki makna sebagai bentuk rasa syukur kepada Gusti Allah dan menjadi sarana untuk berbagi rezeki atau berkah kebahagiaan.

 

Selain itu, setiap jenis makanan memiliki maknanya sendiri. Berikut beberapa jenis makanan yang disajikan saat Slametan berserta maknanya.

 

BACA JUGA:Penganut Kejawen di Tambaknegara Rawalo Gelar Ruwatan

BACA JUGA:Tradisi Kejawen Klenteng, Sesaji Dinaikkan Sebelum Dilarung

a.       Slametan Keba (tujuh bulanan)

1)    Tumpeng (Metu Lempeng) dalam Slametan Keba memiliki makna supaya si jabang bayi memiliki pemikiran yang lurus.

2)      Kupat memiliki makna supaya si jabang bayi bisa lahir dengan selamat.

3)      Lepet bermakna supaya si bayi bisa keluar cepat.

4)      Bubur bermakna agar si bayi selalu ingat asal muasalnya

5)      Dawegan (kelapa muda) memberi makna agar si bayi memiliki pemikiran yang encer.

b.      Slametan Sunatan

1)   Empat ambeng berukuran kecil yang bermakna agar saudara-saudaranya menjadi saksi, serta ibu-bapak dan kakek-neneknya memberikan restu.

c.       Slametan Orang Jualan

1)     Kupat, Tempe, dan Tape yang bermakna agar usaha yang dijalankannya bisa tenang.

d.      Slametan Kematian

1)       Kambing, bermakna agar hewan tersebut dapat menjadi kendaraan bagi yang meninggal di akhirat.

2)      Tampa, supaya semua amal serta ibadah yang meninggal dapat diterima oleh Tuhan.

3)    Kelapa yang dipotong-potong kemudian digoreng bermakna agar keluarga yang ditinggalkan bisa mengikhlaskan kepergian orang tersebut.

 

Itulah beberapa keunikan dari tradisi Slametan yang masih dijalankan secara turun-temurun oleh anak-putu Bonokeling.

 

Apakah kamu tertarik untuk mengikuti tradisi tersebut?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: