Tradisi Wetonan Umat Hindu Desa Klinting, 35 Hari Sekali Tumpengan

Tradisi Wetonan Umat Hindu Desa Klinting, 35 Hari Sekali Tumpengan

Keluarga Slamet Rahardjo sedang slamatan tumpengan dalam rangka tradisi wetonan, Minggu (16/7) malam di rumahnya dengan mengundang tetangga terdekat. -Slamet untuk Radarmas-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Umat Hindu di Desa Klinting, Kecamatan Somagede setiap 35 hari sekali melakukan tradisi wetonan terutama bagi yang mampu.

Pada tradisi wetonan, umat Hindu menyelenggarakan tumpengan yang sering disebut slametan. Maknanya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan.

"Wetonan dilaksanakan setiap hari lahir. Misalnya Senin Wage, maka malam Senin mengadakan tumpengan," jelas Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Banyumas, Slamet Rahardjo, Senin (17/7).

BACA JUGA:Uri-uri Budaya, Umat Hindu Belajar Gamelan

Melalui wetonan, umat Hindu bersyukur atas segala nikmat. Mulai dari sehat, rejeki, keselamatan, hingga umur panjang. Sehingga, masih menjalani hidup dan kehidupan sampai saat ini.

Tradisi wetonan pada umat Hindu juga sebagai sarana instropeksi diri. Setiap 35 hari sekali, apa yang telah dilakukan dan akan dilakukan agar selalu dalam bimbingan dan perlindungan Tuhan.

"Instropeksi maksudnya, jika ada hal-hal tidak baik yang telah dilakukan maka supaya tidak diulangi lagi di kemudian hari," imbuh Slamet.

BACA JUGA:Sepenggal Kisah Relawan Kebencanaan, Tinggalkan Anak saat Umur Empat Hari, Cukur Gundul Pura-pura Jadi Aparat

Dari instropeksi diri, maka keberkahan dan kedamaian diri maupun keluarga akan terwujud atas restu Tuhan Yang Maha Esa. Pada Minggu (16/7) malam, di keluarga Slamet ada yang slametan wetonan.

Sehubungan dengan hal tersebut, istri Slamet membuat tumpeng. Biasanya slamatan mengundang tetangga terdekat. Doa dipimpin oleh tokoh yang disepuhkan dan dilanjutkan makan bersama. (fij)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: