Decluttering Jiwa Raga Selama Ramadhan

Decluttering Jiwa Raga Selama Ramadhan

--

Ani Nor Widyastuti

(Kepala Biro Akademik Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

Ramadhan sudah jamak menjadi momen yang ditunggu-tunggu, bahkan sering menjadi euforia, tidak hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi orang dewasa. Aktivitas religi yang meningkat dengan adanya salat tarawih, sahur, dan berbuka puasa diwarnai juga dengan kajian dan tadarus baik mandiri maupun berjamaah. Pun kegiatan-kegiatan sosial keagamaan dan kemasyarakatan seperti gerakan bersih-bersih musala atau masjid, mengadakan baksos di lingkungan maupun panti, dan menyelenggarakan pasar atau bazar. Semoga beragam agenda yang mewarnai bulan suci tersebut semakin menguatkan iman dan Islam kita, yang pada akhirnya akan membawa kepada keberkahan dan kemenangan. Amin.

Menilik makna Ramadhan sebagaimana Qur’an Surat Al Baqarah (183), sudah saatnya kita mencanangkan dan melaksanakan resolusi Ramadhan tahun 1444 H ini untuk meningkatkan ketakwaan, membersihkan hati dan jiwa, dan menumbuhkan solidaritas sosial yang dapat dilakukan dengan menyortir/menyisihkan banyak hal maupun barang tidak penting. Hal-hal yang masih membuat kita emosi, melankolis, riya, dan pikiran-pikiran negatif mesti disingkirkan dengan membangun suasana hati dan energi positif. Bisa dengan dzikir/istighfar dan doa, bahkan dengan gerakan sosial seperti zakat, infak, dan sedekah sehingga kita menjadi orang yang bersih dan suci sebagaimana Qur’an Surat At-Taubah (103) dan lebih luas lagi efeknya mengeratkan bonding dengan lingkungan dan masyarakat.

Sejalan dengan mengondisikan hati dan jiwa, membersihkan dan merapikan lingkungan fisik juga menjadi urgen diperhatikan karena mendukung penciptaan suasana yang sehat dan nyaman. Banyak barang yang masih kita simpan dan menumpuk tidak terpakai karena alasan sentimental. Misal seragam anak-anak awal sekolah, baju pesta yang baru dipakai sekali, atau bahkan baju-baju yang sudah kekecilan dengan harapan suatu saat badan kita akan langsing seperti semula.

Koleksi tas, sepatu, dan banyak model boneka maupun mainan memenuhi kotak bertumpuk-tumpuk. Coba kita bongkar dan bereskan, dipilah mana yang akan didonasikan, mana yang memang sudah saatnya dibuang karena memang usang dan tidak layak pakai. Insya Allah dengan merapikan kembali lemari dan ruangan, akan memberikan efek lega sehingga mampu menumbuhkan mood dan vibe positif, kita menjadi lebih semangat beraktivitas dan memunculkan gagasan bagi gerakan baru yang mencerahkan.

Waktu satu bulan selama Ramadhan janganlah menjadi waktu yang akan berlalu percuma. Buat dan tepati timeline dengan agenda Ramadhan penuh berkah nan meriah. Bisa dengan membentuk grup tadarus bersama, grup hafalan ayat Al Qur’an, kelompok kajian, berbagi takjil, donasi dana sembako untuk ditebus murah, jual murah baju bagus pakai, atau donasi barang-barang rumah tangga. Tidak perlu agenda akbar berbiaya besar, bisa dimulai dari komunitas kecil dan lingkungan terdekat.

“Bersama Kita Bisa” untuk lawan COVID-19 masing terngiang karena pandemi baru saja mereda, bisa jadi masih menyisakan berbagai efek bagi sebagian besar orang. Kita seyogyanya selalu menempatkan diri dengan baik dan benar, sebagai orang yang cukup beruntung marilah bermawas diri dan peduli sekitar. Hendaknya kita juga menyebut tidak hanya diri dan kerabat, tetapi juga untuk semua orang dalam zikir dan doa yang kita panjatkan.

Apa-apa yang kita punya, juga perlu diingat bahwa sebagian merupakan hak orang lain. Merupakan kebahagiaan apabila dengan hati bersih dan kelonggaran rezeki yang kita miliki, dapat berbagi kepada sesama. Toh  manfaatnya pun akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra:7 yang artinya “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”. Wallahu a'lam bishawab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: