Banner v.2
Banner v.1

Gejolak Global Tak Goyahkan Nilai Tukar Rupiah, Ini Penyebabnya!

Gejolak Global Tak Goyahkan Nilai Tukar Rupiah, Ini Penyebabnya!

Gejolak Global Tak Goyahkan Nilai Tukar Rupiah, Ini Penyebabnya!--

RADARBANYUMAS.CO.ID - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan performa positif pada penutupan perdagangan hari Senin (21 April 2025). Kabar ini cukup menggembirakan, terutama di tengah berbagai gejolak global yang membuat pasar keuangan sempat cemas.

Penguatan ini terjadi setelah munculnya ketidakpastian baru dari arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Presiden Donald Trump secara mengejutkan mengungkapkan rencana untuk merombak jajaran Federal Reserve (The Fed), yang langsung berdampak pada pergerakan pasar.

Di akhir perdagangan, nilai tukar rupiah tercatat menguat 70 poin atau sekitar 0,41 persen ke posisi Rp 16.806,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS justru melemah signifikan sebesar 1,2 persen dan berada di angka 98,03.

Sebelumnya, pada Kamis (17/4/2025), nilai tukar rupiah juga sempat naik tipis sebesar 3,5 poin ke level Rp 16.833,5 per dolar AS. Meski tipis, sinyal positif ini mulai menumbuhkan optimisme pelaku pasar dalam negeri.
BACA JUGA:Banyumas Urutan Ke-6 Kehadiran CKG Nasional Tertinggi

BACA JUGA:Terdepan Dukung UMKM, BRI Raih Penghargaan Internasional Best SME Bank in Indonesia

Menurut analis pasar uang Ibrahim Assuaibi, gejolak ini dipicu oleh pernyataan penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett. Dalam wawancaranya, Hassett menyebutkan bahwa Presiden Trump tengah mengkaji kemungkinan pemecatan Jerome Powell dari posisi Ketua The Fed.

Langkah kontroversial ini dinilai sebagai ancaman terhadap independensi The Fed. Tak heran jika sentimen ini segera mengguncang pasar global dan membuat investor mengambil posisi lebih defensif.

Di sisi lain, situasi geopolitik juga turut mempengaruhi arah nilai tukar rupiah. Presiden Rusia Vladimir Putin tiba-tiba mengumumkan gencatan senjata satu hari di Ukraina demi menghormati perayaan Paskah Ortodoks.

Namun sayangnya, jeda tersebut tidak berlangsung lama. Beberapa jam setelah gencatan berakhir, Rusia kembali meluncurkan serangan rudal dan drone ke wilayah Ukraina. Kyiv dan Moskow pun saling menyalahkan atas pelanggaran kesepakatan gencatan tersebut.

BACA JUGA:Konsisten Terapkan Prinsip ESG untuk Bisnis Berkelanjutan, BRI Raih 2 Penghargaan Internasional dari The Asset

BACA JUGA:Transfez, Aplikasi Transfer Uang Internasional Terbaik untuk Semua Kebutuhanmu

Dalam waktu yang hampir bersamaan, terjadi perkembangan signifikan dalam perundingan nuklir antara AS dan Iran. Kedua negara dikabarkan telah menyepakati langkah awal untuk menyusun kerangka kerja kesepakatan nuklir yang baru.

Menurut Menteri Luar Negeri Iran, pembicaraan akhir pekan lalu menunjukkan kemajuan positif. Bahkan seorang pejabat AS menyebut perundingan ini sebagai salah satu yang paling menjanjikan dalam beberapa tahun terakhir.

Namun ketegangan belum sepenuhnya mereda. Pemerintah AS baru saja menjatuhkan sanksi terhadap kilang minyak independen di China yang diduga mengolah minyak mentah asal Iran.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: