Perlon Punggahan Bonokeling, Tradisi Ziarah Jelang Ramadhan yang Bertahan Ribuan Tahun
Sejumlah anak putu Bonokeling berjalan kaki menuju makam Kyai Bonokeling di Jatilawang.-Rayka Diah Setianingrum/Radar Banyumas-
CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Ratusan masyarakat adat Bonokeling dari Kabupaten Cilacap memulai rangkaian upacara adat Perlon Punggahan Anak Putu Bonokeling, Kamis 20 Februari 2025.
Mereka berjalan kaki sejauh 30 kilometer (km) menggunakan pakaian adat Jawa menuju makam leluhur di Desa Pekuncen, Kabupaten Banyumas, sembari membawa berbagai macam hasil bumi seperti beras dan sayur-sayuran.
Masyarakat Bonokeling yang mengikuti upacara adat ini, berasal dari Desa Kalikudi, Desa Adiraja, Desa Pekuncen, dan Desa Tambakreja. Ritual upacara adat ini menandakan menyambut bulan suci Ramadan.
Sesampai di perbatasan antara Banyumas dengan Cilacap, warga adat Bonokeling dari Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang sudah berkumpul di lokasi setempat.
BACA JUGA:Intip Keunikan Tradisi Slametan Anak-putu Bonokeling yang Masih Terjaga dari Generasi ke Generasi
BACA JUGA:Pasca Idul Adha, Masyarakat Adat Bonokeling Bakal Gelar Perlon Besar
Di pinggir jalan setempat, anak putu Bonokeling dari Cilacap dan Banyumas bertemu, kemudian mereka melakukan prosesi seserahan ubo rampe atau hasil bumi dari Cilacap.
Tetua Adat Desa Kalikudi Kecamatan Adipala, Sunardi Kunthang menyampaikan, laku ritual tersebut sudah setiap tahun dilakukan menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini sudah turun temurun dari ribuan tahun yang lalu.
"Laku ritual ini harus terus dijalankan. Pada hari ini, mereka berjalan kaki dari Adipala menuju Pekuncen, Jatilawang, kemudian hari keduanya, Jumat 21 Februari 2025 adalah ritual ungahan," terangnya.
Kunthang mengatakan, kegiatan adat Perlon Unggahan meliputi ziarah kepada para leluhur dan meminta keselamatan kepada yang maha kuasa, terlebih saat menjelang bulan Ramadan.
BACA JUGA:Unggahan Adat Bonokeling, Masyarakat Potong 31 Ekor Kambing dan 1 Ekor Sapi
BACA JUGA:Unggahan Adat Bonokeling Pekuncen Banyumas Digelar, Ribuan Warganya Merapat
"Sesampainya nanti di Desa Pekuncen, Jatilawang, anak putu akan beristirahat di rumah-rumah Bedogol atau para tetua adat. Kemudian melakukan ritual ziarah ke sejumlah makam, yang paling utama adalah makam Kyai Bonokeling," kata Kunthang.
Kunthang menambahkan, dalam prosesi ziarah, anak putu harus melepas alas kaki dan mengantre secara rapih sebelum masuk ke makam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


