Luapan Sungai Brukah Banjarnegara Rusak Sawah, Tapi Bawa Rezeki Lewat Tradisi Nganco
Warga Desa Sikumpul saat menangkap ikan dengan alat jaring tradisional.-PUJUD/RADARMAS-
BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Di tengah kerugian petani akibat luapan Sungai Brukah yang saban musim hujan merendam areal pertanian di Blok Sindu, Kecamatan Kalibening, segelintir warga justru menemukan berkah yang tak terduga panen ikan liar.
Alih-alih meratapi gagal tanam, puluhan warga Desa Sikumpul justru bersiaga di tepian sungai setiap sore, membawa jaring tradisional yang disebut anco alat tangkap ikan berbentuk persegi dengan bingkai kayu yang diangkat manual. Ikan-ikan endemik seperti wader, bokol, gondok, hingga golsom jadi tangkapan utama.
“Bagi kami, musim hujan bukan hanya tentang banjir. Ini musim panen ikan,” kata Nur, pengepul ikan dari Desa Sikumpul, Sabtu (24/5/2025).
Menurut Nur, ikan dari sungai Brukah punya rasa yang khas. Gurih, renyah, dan disukai banyak orang, terutama pembeli dari luar daerah. Ia menyebut, satu kilogram ikan mentah bisa dijual seharga Rp 35.000 – Rp 40.000. Jika digoreng atau dimasak bumbu khas seperti rawon, nilainya melonjak hingga Rp 70.000.
BACA JUGA:Bukan Sekadar Mengajar, Kepala Sekolah di Banjarnegara Kini Wajib Melek Hukum
“Banyak orang dari luar Banjarnegara datang khusus ke sini. Mereka cari ikan sungai yang rasanya beda dari ikan peliharaan,” tambahnya.
Meski ikan-ikan itu kecil tak lebih dari ibu jari nilainya besar bagi warga, yang secara turun-temurun melestarikan cara tangkap yang ramah lingkungan. Tak ada penggunaan racun atau setrum. Jika ada yang mencoba, warga sepakat melaporkannya ke aparat.
“Itu sudah kesepakatan. Kalau ada yang pakai cara merusak, langsung kami lapor ke polisi,” ujar Jito, warga yang mengaku sudah menggeluti tradisi nganco sejak masih kecil.
Jito menjelaskan, alat anco tidak sembarangan. Ia hanya menangkap ikan berukuran sedang ke atas. Ikan kecil atau yang belum layak konsumsi dilepaskan kembali ke sungai. Bagi warga, ini bukan sekadar mencari nafkah, tapi bagian dari budaya dan warisan lokal.
“Nganco bukan cuma soal ikan. Ini tradisi. Kami jaga sungai ini seperti kami jaga dapur sendiri,” tuturnya. (jud)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


