Tarian Ebeg, Salah Satu Warisan Budaya Kebanggan Warga Banyumas

Tarian Ebeg, Salah Satu Warisan Budaya Kebanggan Warga Banyumas

Tarian Ebeg, salah satu warisan budaya Kebanggan Warga Banyumas -suarajabarsatu.com-

Daerah Jawa Tengah khususnya, Banyumas menyimpan banyak sekali warisan budaya dari para leluhurnya. Termasuk Tarian Ebeg, tarian ini telah muncul ketika masyarakat jawa tengah masih mempercayai dan memegang teguh Animisme dan dinamisme.

Pada awal mulanya, kemuculan Tarian Ebeg ini berasal dari masa kekuasaan Raja Sri Aji Wurawari, Penguasa Lwaram sebuah kerajaan yang ada di daerah Banyumas dan kerajaan yang ada dibawah kekuasaan dengan kerajaan mataram kuno.

Tarian Ebeg merupakan sebuah  tarian persembahan atau sebagai tarian perayaaan kemenangan dari penyerangan Pralaya Medang pada tahun 1010 Masehi. Dalam kisahnya kerajaan Lwaram bersekutu dengan kerajaan Sriwijaya menyerang kerajaan Mataram Kuno yang sedang dipimpin oleh raja Dharmawangsa pada tahun 991-992.

Atas penyerangan yang dilakukan kerajaan Lwaram, selang beberapa tahun kemudian penyerangan itu dibalas oleh menantu dari Raja Dharmawangsa yang menyerang balik kerajaan Lwaram yang kemudian menewaskan penguasa Kerajaan Lwaram tersebut.

 

BACA JUGA:Pawai Budaya Dipadati Ribuan Warga, Peserta Tampilkan Berbagai Seni dan Budaya

BACA JUGA:Setiap Tahun Ditarget Satu Seni Budaya Banyumas Masuk Anugerah Pesona Indonesia

 

Namun meskipun kerajaan Lwaram telah tewas namun sampai saat ini tarian Ebeg masih tetap  dilestarikan untuk mengenang kejayaan Kerajaan Lwaram,Tarian ini masih dapat ditemukan dalam beberapa pentas seni Adat, Syukuran, dan hajatan.

Tarian Ebeg seringkali dikaitkan dengan hal – hal mistis dan kepercayaan warga. Hal ini dapat terjadi karena pada saat pemantasan tari Ebeg menggunakan sesajen pada saat penari sedang dimasuki dedemit atau mahluk halus.

Tarian Ebeg ini dibawakan delapan sampai dua belas orang penari yang menyerupai prajurit penunggang perang kuda yang dihias sehingga terlihat gagah dan berani.

Dalam pementasanya Tarian Ebeg juga dibagi kedalam 4 fragmen pentas yang berbeda yang pertama ada Fragmen Buto yang kemudian dilakukan berulang 2 kali, Fragmen began putri dan Fragmen senterewe.

 

BACA JUGA:Rembug Warga untuk Kota Lama Banyumas: Amankan Cagar Budaya

BACA JUGA:Jagabaya Nuswantara Merealisasikan Ide Membangun Pusat Pelatihan Budaya Gratis di Banyumas

 

Tarian Ebeg ini biasanya diiringi dengan musik - musik khas dari tembang Banyumas dengan bahasa Jawa ngapaknya, tembang yang biasanya dimainkan seperti Eling- eling, Waru Doyong , Sekar Gadung, Dan Tole-Tole.

Disertai iringan dari suara gamelan dan sinden – sinden yang akan mengiringi sepanjang  jalanya pementasan Tarian Ebeg, membuat tarian Ebeg ini semakin menarik perhatian untuk dilihat.

Tarian Ebeg ini sebenarnya terlihat seperti tarian kuda lumping atau kuda kepang yang ada di luar Banyumas. Karena para penari Ebeg ini akan menggunakan kuda kepang atau seperti sebuah boneka kuda yang terbuat dari sebuah anyaman bambu.

Kemudian kuda kepang itu dinaiki oleh penari sehingga menandakan penari tersebut seperti prajurit perang pada masa itu yang menggunakan kuda sebagai transportasi perang yang terlihat gagah dan berani.

 

BACA JUGA:Sabtu - Minggu Ada Seni Budaya di Kota Lama Banyumas

BACA JUGA:Cagar Budaya di Banyumas Mayoritas Lokal

 

Pada tarian Ebeg ini memang menyimpan keindahan dari segi mistisnya, dimana suara- suara gamelan yang mengiringi pementasan dan para penari yang kemudian akan mulai dimasuki oleh dedemit atau mahluk halus.

Pada saat kesurupan atau disebut mendem oleh masyarakat Jawa para penari akan memakan beling – beling kaca dan dedaunan yang belum dimasak alias masih mentah.

Mistisnya sangat terasa bukan hanya kepada penari saja, namun juga pada para penonton yang memang terlalu fokus melihat tarian Edeg ini juga bisa ikut kerasukan roh halus dan kehilangan kesadaran.

Karena memang sejatinya tarian ini menyimpan makna sebagai tarian perayaan yang ditujukan untuk memanggil roh halus Raja Lwaram dan para praurit perangnya, sebagai tanda untuk mengenang masa kejayaan kerajaan Lwaram.

Tarian Ebeg ini sudah semestinya menjadi warisan budaya turun temurun yang harus dilestariakan dan dikenalkan pada generasi – generasi muda khsusnya sebagai warga Banyumas sebagai penerus warisan budaya ini.Agar Tarian ini yang memang sejak lama ada, tidak dilupakan begitu saja karena menjadi salah satu Budaya kebanggan Warga Banyumas. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: