Potensi Ekspor Besar, Bupati Banyumas Dorong Pengembangan Produk UKM Gula Semut

Potensi Ekspor Besar, Bupati Banyumas Dorong Pengembangan Produk UKM Gula Semut

Bupati Banyumas Ir Achmad Husein saat memberikan sambutan mengenai potensi ekspor Banyumas di Pendopo Sipanji, Sabtu (22/7/2023).-MAHDI SULISTYADI/RADARMAS-

PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID - Terbukti memiliki pasar ekspor yang besar, Bupati Banyumas ir Achmad Husein mendorong para eksportir di Kabupaten Banyumas untuk melakukan pengembangan produk. Seperti halnya pada produk gula semut yang selama ini memiliki pasar ekspor di negara-negara besar.

Dia mengatakan, gula semut memiliki potensi yang luar biasa. "Pendataan sekitar empat tahun lalu, jumlah pohon kelapa di Banyumas sekitar 2,6 juta batang," katanya saat Temu Eksportir dan Pengukuhan Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Banyumas, di Pendopo Sipanji, Sabtu (22/7) sore.

Dari jumlah batang pohon tersebut, yang diambil niranya baru sekitar 120 ribu batang dan sekitar separuhnya telah disertifikasi. "Jadi sebetulnya, potensinya itu luar biasa," kata dia.

BACA JUGA:Sertifikasi Gula Semut Jadi Kendala

Sehingga tantangan saat ini adalah untuk bisa memaksimalkan potensi tersebut. Memang dalam perjalannya, beberapa kendala ditemui. Seperti minimnya pemanjat pohon untuk mengambil nira.

Senada, Kepala Dinperindag Banyumas, Titik Pujiastuti mengatakan selama ini potensi ekspor di Banyumas cukup tinggi.

Pada tahun 2019 nilai ekspor Banyumas mencapai 44,73 juta dolar AS, sedangkan pada tahun 2020 sekitar 48,33 juta dolar AS, pada tahun berikutnya sebanyak 69,027 juta dolar, dan naik lagi pada tahun 2022 nilai ekspor Banyumas mencapai 78,87 juta dolar AS.

"Sedangkan untuk target tahun ini, kita bisa mencapai sekitar Rp 2 triliun. Tahun lalu kan berarti sekitar Rp 1,5 triliun," ujarnya.

BACA JUGA:Bupati Husein dan Menteri Perindustrian Kunjungi Industri Gula Semut, Unjuk Gigi Melalui Penerapan Teknologi

Dia katakan, produk paling berpotensi di Banyumas dari data tahun lalu yaitu gula semut. Sedangkan pada tahun ini, sementara paling tinggi pada kayu olahan, disusul gula semut, baru kemudian minyak atsiri.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) GPEI Provinsi Jawa Tengah Ade Siti Muksodah mengatakan Banyumas merupakan kabupaten pertama di Indonesia yang bergabung dalam GPEI.

Menurutnya, gula semut asal Banyumas telah memiliki pasar ekspor di negara-negara besar, dan sudah digunakan oleh sejumlah perusahaan besar yang memproduksi minuman bersoda.

"Dalam waktu dekat, kami juga akan membawa Banyumas untuk menghadiri kegiatan di Siberia, Rusia," tandasnya. (mhd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: