Ardi Raharjo, Dalang Wayang Kulit Tak Punya Gamelan Sendiri, Hanya Nunut dan Modal Semangat untuk Beli Gamelan
Tampil : Ki Ardi saat tampil di Aula Kecamatan Kalimanah, Agustus 2022 lalu.-ARDI RAHARJO UNTUK RADARMAS-
Tak pernah terpikirkan saat menjadi Kepala Desa (Kades), tetap bisa menekuni profesi sebagai dalang wayang kulit. Bagi Ardi Raharjo (49) Kepala Desa Karangpetir Kecamatan Kalimanah ini, darah seni wayang dan budaya tradisional sudah mengalir sejak muda. Tak hanya itu, nguri-uri budaya leluhur dengan seni Begalan juga masih dilakoni sampai saat ini dirinya menjabat kades dua periode. Impian memiliki gamelan sendiri menjadi semangat untuk terus berkiprah dalam seni tradisional itu.
AMARULLAH NURCAHYO, PURBALINGGA
Memasuki halaman rumah kediaman Kades Ardi Raharjo, Sabtu 6 Mei 2023 sore, mulai disuguhi pemandangan unik. Ornamen di dalam dan luar ruangan rumah terlihat sentuhan seni yang apik. Tidak begitu luas, ruang tamu ditata simetris berbalut hiasan dinding foto pemilik rumah dan tokoh wayang.
Tak berselang lama, Ki Ardi biasa akrab di sapa muncul dengan senyum dan rambut kuncir khasnya. Sebatang rokok disulut dan mulai menceritakan kecintaannya pada nguri-uri budaya leluhur, seperti wayang kulit dan begalan.
Ia mengisahkan saat itu tahun 2011, pemerintah desa berniat mengadakan acara pertunjukkan wayang kulit. Namun karena anggaran di desa minim, maka tergugah niatnya untuk mencoba tampil seadanya. Karena darah seni dari keluarga masih mengalir,tekadnya tergugah.
BACA JUGA:Pengelola Kearsipan Keluhkan Anggaran dan Personil Kearsipan
“Atas keprihatinan itu, saya nekat mencoba main sendiri wayangan, di desa sendiri yang dipimpin sendiri. Salah satu pertimbangan karena minimnya anggaran,” katanya.
Berbekal ilmu pedalangan otodidak dan sesekali melihat di tayangan internet, kades yang kerap berpenampilan nyentrik ini mulai menguasasi panggung. Namun tidak semua pakem pedalangan berupa tokoh dikuasasi. Perlahan akhirnya mulai lancar dan beberapa kali diminta tampil, termasuk Agustusan tahun lalu di Aula Kecamatan Kalimanah.
Bapak dua anak ini mengakui jika penguasaan pedalangan tidak bisa disepelekan. Banyak tokoh, karakter dan gerakan wayang yang sangat beragam. Sekelas dirinya yang otodidak, harus berusaha keras menguasainya.
“Dasar kemampuan saya seni Begalan, lalu nyanyi campursari dan komedi, akhirnya bisa menyatu dengan pedalangan, meski tidak sempurna,” tambah penyuka kacamata gelap ini.
Meski bukan profesi pokok, namun ia bermimpi bisa memiliki seperangkat alat gamelan sendiri. Karena sampai saat ini di sanggar Ardi Laras desa setempat, gamelan masih pinjam.
Ia menyadari anggaran untuk membeli gamelan standar bagus bisa mencapai Rp 50 jutaan. Karenanya, dengan berbagai upaya, ke depan akan diwujudkan gamelan milik sendiri meski membutuhkan waktu tak sedikit.
“Ada yang menawarkan gamelan, namun belum saya iyakan. Semoga ada jalan untuk memiliki gamelan sendiri,” ungkapnya.
BACA JUGA:Selamat! SDN 1 Bokol Raih Penghargaan Penyelenggaraan Imunisasi Tingkat Nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: