Koperasi PAUD Beromzet Puluhan Juta
Juara Pengelola PAUD Teladan - Tidak ada satupun orang yang akan menyangka kalau sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), bisa memiliki koperasi beromzet puluhan juta. Apalagi jika siswa sekolah itu dibawah 50 anak. Lalu bagaimana bisa koperasi ini mampu menghasilkan uang jutaan rupiah? Ditangan Budi Wahyu Ning, hal ini bisa terwujud. HARYADI NURYADIN-Majenang Jarum jam sudah menunjuk di angka 10 dan menandakan pembelajaran hari itu di lembaga pendidikan setingkat anak usia dini (PAUD) akan berakhir. Sejumlah anak bahkan mulai terlihat berlarian di halaman sekolah yang tergolong kecil itu. Tujuan anak-anak ini adalah orang tua yang sudah menunggu. Sebagian siswa kemudian berkerumun di bawah saung. Satu dua siswa kemudian membeli makanan yang dijual belikan oleh pengelola koperasi. Beberapa jajanan nampak ludes tak bersisa. Yang lain, seperti masih menunggu pembeli untuk datang. Pemandangan ini menjadi hal biasa dan mudah ditemukan di hampir semua PAUD, TK atau kelompok bermain dimanapun juga. Namun hal ini menjadi berbeda jika pemandangan itu ada di KB Aisyiyah 3 Mulyasari. Pengelola sekolah ini sudah setahun terakhir mendirikan koperasi yang menjual belikan kebutuhan siswa, termasuk jajanan sehat. "Awal kita mendirikan koperasi karena ingin menyediakan jajanan sehat bagi anak-anak," ujar ketua KB Aisyiyah 3 Mulyasari, Budi Wahyu Ning. Namun tidak disangka, langkah ini membawa perkembangan yang luar biasa dan rasanya memang sulit dipercaya. Bagaimana tidak, 4 bulan awal koperasi ini berjalan sudah beromzet Rp 400 ribu per bulan. Hal ini terus berkembang hingga bisa mencapai puluhan juta rupiah. Rasa tidak percaya ini muncul dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Uning, begitu perempuan ini biasa dipanggil dan seluruh guru disana. "Rasanya tidak percaya. Tapi setelah ditelusuri, ternyata pembukuan ini benar adanya," ujarnya. Dia lalu menjelaskan mengenai hal ini. Salah satu keuntungan ini berasal dari barang dagangan yang dititipkan oleh wali murid. Pihak sekolah mengambil untung antara Rp 400 hingga Rp 500 per satu penganan ringan. Hingga dalam satu hari dari 1 jenis makanan, koperasi bisa mendapatkan uang hingga Rp 50 ribu, bahkan lebih. "Dari titipan inilah koperasi mendapatkan omzet besar karena kita tidak keluar modal sama sekali," ujarnya. Besarnya omzet koperasi ini bisa dilihat dari Sisa Hasil Usaha (SHU) yang khusus dibagikan kepada guru. Tahun ini koperasi mendapatkan Rp 8 juta. Rata-rata tiap guru mendapatkan Rp 1,5 juta dan bisa dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan salah satu guru bisa merampungkan kuliah dengan mengandalkan SHU tersebut. "SHU untuk guru tahun ini mencapai Rp 8 juta," ujarnya. Jika dihitung lebih teliti, maka SHU koperasi ini dipastikan jauh lebih banyak. Pasalnya, keuntungan koperasi juga dipakai untuk subsidi kegiatan siswa. Misal mengirimkan siswa untuk mengikuti lomba, atau mengadakan kegiatan kunjungan keluar. Tiap satu kunjungan, minimal koperasi menyediakan Rp 300 ribu. "Kalau satu tahun sudah berapa," ujarnya. Keberhasilannya membangun koperasi ini, katanya sempat diragukan oleh berbagai pihak. Salah satunya tim pendamping kala dirinya mewakili Kabupaten Cilacap dalam ajang Lomba Pengelola PAUD di tingkat provinsi. "Saat itu, pembimbing sampai bertanya, kok omzetnya sangat besar. Setelah saya terangkan, dia baru paham," ujarnya. Sayang, prestasi sebagai Pengelola PAUD terbaik tingkat Kabupaten Cilacap gagal dilanjutkan di provinsi. Dia hanya nangkring di posisi 9, kalah dari peserta lain yang dia akui sudah memiliki pengalaman. "Waktu presentasi saya agak grogi dan harus menjelaskan detail dari mana saja keuntungan koperasi. Jadi kehilangan banyak waktu," tandasnya. (*/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: