Pukul Menyapu, Tradisi Lebaran Ekstrem di Maluku yang Sarat Makna

Pukul Menyapu, Tradisi Lebaran Ekstrem di Maluku yang Sarat Makna

Tradisi Lebaran Ekstrem di Maluku -Travelingyuk-

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Tradisi lebaran ekstrem di Maluku dan juga berbagai daerah lainnya telah menjadi bagian penting dari kehidupan dan identitas budaya masyarakat setempat. 

Salah satu tradisi yang mencolok adalah "Pukul Manyapu", sebuah ritual yang menunjukkan ketabahan dan dedikasi yang luar biasa. Penasaran bagaimana uniknya tradisi lebaran yang satu ini? Yuk simak selengkapnya dalam artikel berikut. 

Di Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, terdapat tradisi khas yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya setempat. Tradisi yang disebut pukul manyapu atau sering disebut baku pukul manyapu ini dilakukan oleh masyarakat Desa Mamala dan Desa Morella setelah perayaan Idulfitri, tepatnya setiap tanggal 7 Syawal dalam penanggalan Islam. 

Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Maluku.

BACA JUGA:Tek-Tek Sahur, Tradisi Bangunkan Warga Saat Ramadhan di Kejawar

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Pacu Jalur, Perayaan Unik Masyarakat Riau dalam Menyambut Ramadhan

Dikisahkan bahwa tradisi pukul manyapu ini diperkenalkan oleh seorang tokoh agama Islam asal Maluku yang bernama Imam Tuni. Setiap tahun, tradisi ini diadakan sebagai bagian dari perayaan Idulfitri, sebagai bentuk penanda rasa syukur dan kebahagiaan. 

Selain itu, pukul manyapu juga menjadi momen untuk merayakan pembangunan Masjid Mamala yang selesai pada tanggal 7 Syawal pada abad ke-17, sehingga memiliki makna yang sangat berarti bagi masyarakat setempat.

Tradisi lebaran ekstrem di Maluku ini juga dikenal dengan nama ukuwala mahiate, yang berasal dari bahasa setempat yang memiliki arti sapu lidi dan saling memukul. Sesuai dengan namanya, tradisi ini melibatkan penggunaan sapu lidi dan interaksi fisik antar peserta. 

Namun, di balik aksi pukul-memukul tersebut terdapat makna yang mendalam tentang persatuan, perdamaian, dan solidaritas di antara masyarakat Maluku. Bagaimana kisah lengkapnya? 

BACA JUGA:Menyelami Tradisi Badendang Rotan saat Tahun Baru di Maluku

BACA JUGA:Tradisi Purnamaan di Banjarpanepen Sampaikan Dhandhanggula Pesan Leluhur

Pukul manyapu melibatkan dua kelompok pemuda, masing-masing terdiri dari 10 orang yang memakai identifikasi warna celana berbeda untuk membedakan kelompoknya. Para peserta akan bertelanjang dada dan mengenakan ikat kepala bernama kain berang untuk menutupi telinga mereka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: