Bada Kupat, Tradisi yang Tak Pernah Ditinggalkan Warga Watuagung Saat Lebaran

Bada Kupat, Tradisi yang Tak Pernah Ditinggalkan Warga Watuagung Saat Lebaran

Proses pembagian kupat dan pelengkapnya pada tradisi bada kupat di Masjid Al-Barokah di Desa Watuagung, Rabu (17/4).-Fijri Rahmawati/Radar Banyumas-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Masyarakat Desa Watuagung, Kecamatan Tambak, merayakan Bada Kupat yang tersebar di masjid dan musala, Rabu (17/4) pagi. Tradisi ini merupakan turun temurun dari nenek moyang yang masih terus dilestarikan.

Salah satu lokasi diselenggarakan Bada Kupat yaitu di Masjid Al-Barokah. Sekira pukul 06.00, warga mulai berdatangan membawa wadah yang dibungkus taplak.

Wadah berisi aneka macam bentuk ketupat. Juga dilengkapi dengan sayur, gorengan, serundeng, dan peyek. Semua diletakan berjajar di tengah.

"Istilahnya orang dulu menyebut Syawalan atau Bada Kupat. Selamatan yang diadakan setiap hari ke delapan lebaran. Kami tidak pernah meninggalkan tradisi ini," terang sesepuh setempat, Khajuli di masjid.

BACA JUGA:Variasi Bentuk Ketupat Warnai Bada Kupat Desa Watuagung

BACA JUGA:Lestarikan Tradisi, Warga Watuagung Antusias Ikuti Bada Kupat

Bedug ditabuh. Tepat pukul 06.30, Bada kupat dimulai. Diawali dengan membaca kitab berzanji atau berjanjen.

Warga bersyukur atas segala nikmat dari Tuhan. Serta telah diberikan keselamatan dan tidak ada halangan apapun di masa lebaran ini.

Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan maka warga melakukan selamatan bada kupat. Sekaligus do'a bersama supaya selalu dalam lindungan-Nya.

"Kupat dan pelengkapnya dikumpulkan kemudian dibagi rata untuk warga lingkungan sekitar yang biasa jamaah di masjid ini," imbuh Khajuli.

Ada sekira lima ratus kupat yang terkumpul. Tidak ada ketentuan jumlah kupat yang harus dibawa oleh warga. Disesuaikan dengan kemampuan saja.

Meski wilayah Watuagung diguyur gerimis. Warga antusias mengikuti bada kupat. (fij)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: