Malam Satu Sura, Aboge Antusias Minum Banyu Patemon
Penganut Islam Aboge di wilayah Banyumas timur mengantre mendapat giliran meminum banyu patemon pada malam Sabtu (28/6) atau malam satu Sura di Pendopo Kampung Adat Sela Kembang.-FIJRI RAHMAWATI/RADARMAS-
BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Penganut Islam Alif Rebo Wage (Aboge) di wilayah Banyumas timur antusias meminum banyu patemon di malam tahun baru 1 Muharam 1447 Hijriyah atau Sura. Kegiatan terpusat di Pendopo Kampung Adat Sela Kembang Desa Ketanda Kecamatan Sumpiuh pada malam Sabtu Legi (28/6). Terhitung selang satu hari dari kalender yang ditetapkan oleh pemerintah.
"Banyu patemon merupakan air suci yang berasal dari tujuh sumber," jelas sesepuh Islam Aboge wilayah Banyumas timur Tarmono di sela kesibukannya sebagai tuan rumah.
Bukan hal mudah tentunya bagi Tarmono untuk mengumpulkan banyu patemon. Ia harus mendaki gunung dan melewati lembah serta lautan. Juga, bersabar menanti waktu yang tepat.
Sumber mata air atau air suci pertama berada di Curug Lanang di Desa Ketanda. Tempat terdapat petilasan Bupati Pertama Kabupaten Banyumas yaitu Raden Joko Kaiman. Lalu, air laut selatan. Berikutnya adalah air Kali Cawang di Desa Banjarpapen.
BACA JUGA:Luapan Sungai Brukah Banjarnegara Rusak Sawah, Tapi Bawa Rezeki Lewat Tradisi Nganco
Tarmono kemudian melesat ke Dieng, Kabupaten Banjarnegara untuk mengambil air suci ke empat. Selanjutnya, air Sumur Mas di komplek Kota Lama Banyumas. Kemudian, ada air dari kelapa yang kulitnya berwarna hijau dengan tampuk merah muda.
"Sebagai penyempurna banyu patemon adalah air hujan yang langsung dari langit, diambil pada Jum'at Kliwon. Waktu tidak sembarang hari," papar Tarmono.
Air suci dari tujuh sumber tersebut dicampur menjadi satu dalam wadah gentong. Setelah prosesi selamatan malam satu Sura mulai dari memanjatkan hajat dan do'a bersama selesai. Penganut Islam Aboge dari penjuru wilayah Banyumas timur mengantre untuk mendapatkan giliran meminum air suci.
Penganut Islam Aboge yang hadir dalam acara dari beragam usia. Dari dewasa, remaja hingga anak-anak turut serta menunggu kesempatan mendapatkan banyu patemon.
BACA JUGA:Nyadran Gedhe di Desa Klampok, Tradisi Syukuran dan Silaturahmi Jelang Ramadan
"Banyu patemon berdasarkan petunjuk dari leluhur merupakan upaya atau sarana harapan dan do'a. Misalnya ada huru hara apapun di tahun Dal ini, semoga kita semua mendapatkan keselamatan dan dilindungi Tuhan," terang Tarmono.
Sementara itu, apabila anggota keluarga ada yang sedang sakit. Penganut Islam Aboge diperbolehkan membawa pulang banyu patemon hanya satu takaran. Tarmono menegaskan bagi yang dalam kondisi sehat di rumah dilarang minum air suci tersebut. (fij)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


