Banner v.2
Banner v.1

Perusakan Situs Watu Sinom Kedungbanteng Viral di Medsos, Lokasi Ditutup Sementara

Perusakan Situs Watu Sinom Kedungbanteng Viral di Medsos, Lokasi Ditutup Sementara

Kepala Dinporabudpar Banyumas, Setya Rahendra memeriksa sisa bongkahan yang dalam video dirusak oleh sekelompok orang. -DINPORABUDPAR BANYUMAS UNTUK RADARMAS-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID – Sepekan terakhir berita tentang perusakan situs Watu Sinom di Desa Keniten, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten BANYUMAS, ramai diperbincangkan di media sosial. 

Sebelumnya, beredar video yang menunjukkan beberapa orang merobohkan prasasti bertuliskan "Cagar Budaya Watu Sinom", hal tersebut memicu reaksi beragam dari masyarakat, terutama warganet.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Setia Rahendra, menegaskan bahwa Watu Sinom bukan merupakan cagar budaya.

"Di media sosial banyak yang mengira ini perusakan cagar budaya, padahal bukan. Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) sudah melakukan kajian, dan kesimpulannya, Watu Sinom bukan cagar budaya, hanya sebuah situs," jelas Rahendra, Rabu (12/2/2025).

BACA JUGA:Bawaslu Miliki Waktu Tiga Hari untuk Mengkaji Laporan Perusakan APK

BACA JUGA:Perusakan APK Bisa Dipidana, Bawaslu Purbalingga Ajak Masyarakat Jadi Pengawas Kampanye

Rahendra menjelaskan bahwa Watu Sinom awalnya merupakan batu besar yang terletak di pekarangan milik warga. 

Pada masa kepemimpinan Bupati Mardjoko (2008-2013), batu tersebut dibeli dan dijadikan aset pemerintah daerah. Namun, hingga kini Pemkab Banyumas belum secara resmi menunjuk pihak pengelola.

"Karena belum ada yang mengelola, kemudian ada pihak tertentu yang membersihkan dan merawat lokasi itu. Kemudian berkembang ada permintaan agar Watu Sinom dijadikan cagar budaya, tapi hasil kajian tidak menemukan bukti yang cukup untuk menetapkannya sebagai cagar budaya," tambahnya.

Terkait peristiwa perusakan, Rahendra mengungkapkan bahwa hal ini dipicu oleh kesalahpahaman antar warga. Menurutnya, ada sejumlah orang yang sering melakukan ritual kebatinan di lokasi tersebut tanpa memberitahu warga sekitar, hal tersebut yang menyebabkan gesekan antara masyarakat setempat dan pelaku ritual.

"Kami sebenarnya tidak mempermasalahkan kegiatan tersebut karena itu diakui oleh negara. Namun, warga merasa terganggu karena ritual dilakukan tanpa mengenal waktu, kadang tengah malam. Akhirnya, warga membongkar tempat tersebut karena dianggap digunakan untuk aktivitas mistis," ujar Rahendra.

BACA JUGA:Rembug Warga untuk Kota Lama Banyumas: Amankan Cagar Budaya

BACA JUGA:Ditemukan Objek Diduga Cagar Budaya di Jalan Bung Karno Purwokerto

Polemik yang sempat memanas itu diklaim kini berangsur mereda. Dinporabudpar Kabupaten Banyumas telah menggelar pertemuan dengan berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: