Viral Citra Satelit Gunung Slamet, DLH Banyumas Tegaskan Area Coklat Bekas Eksplorasi PLTP
TIM dari DLH Kabupaten Banyumas, ESDM wilayah Slamet Selatan dan Perhutani saat meninjau kawasan bekas eksplorasi panas bumi, September 2025 lalu.-DOK DLH UNTUK RADARMAS-
BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID – Unggahan citra satelit Gunung Slamet yang menunjukkan area berwarna kecoklatan kembali memicu kekhawatiran publik. Sebuah video di Instagram dan media sosial lainnya, yang menampilkan animasi peta 3D sisi utara–barat daya gunung dengan area coklat yang kontras dengan tutupan hutan, disertai klaim bahwa potensi banjir bandang akan meningkat jika dugaan aktivitas tambang tidak dihentikan.
Video tersebut cepat menyebar dan hingga Senin (8/12/2025) telah ditonton puluhan ribu kali. Kolom komentar dipenuhi pertanyaan warganet tentang kondisi kawasan konservasi di gunung tertinggi di Jawa Tengah itu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas Widodo Sugiri memastikan area yang terlihat pada unggahan itu bukanlah lokasi tambang aktif, melainkan bekas kegiatan eksplorasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden.
"Itu lokasi rencana PLTP, gambar itu kemungkinan citra satelit lama, sebelum tahun 2025. Tapi apa pun itu, kalau mendasari citra satelit itu, kami juga memiliki kekhawatiran yang sama," kata Sugiri, melalui sambungat telepon, Senin (8/12/2025).
BACA JUGA:Viral Dugaan Tambang di Gunung Slamet, Ahli Pertambangan Tegaskan Itu Bekas Jalan Proyek Geotermal
Ia menjelaskan, titik yang tampak kecoklatan berada di kawasan hutan lindung di atas wilayah Kecamatan Cilongok. Akses menuju lokasi itu melewati jalur dari Kaligua, Kabupaten Brebes.
Menurutnya, kondisi tersebut pernah menjadi sorotan pada 2017 saat terjadi insiden “Banyu Buthek” akibat pembukaan akses menuju area pengeboran. Aktivitas itu membuat aliran sungai yang menuju Curug Cipendok berubah menjadi keruh.
“Banyu Buthek dulu karena kegiatan pembukaan akses jalan menuju wellpad. Di citra satelit yang tampak coklat itu akses jalan menuju wellpad H dan F, di mana kedua wellpad itu di wilayah Banyumas, yang aliran airnya masuk ke Curug Cipendok,” jelas Sugiri.
Ia menegaskan bahwa eksplorasi PLTP sudah berhenti beberapa tahun terakhir. DLH bersama instansi terkait juga telah mengecek lokasi pada September 2025 lalu untuk menilai progres revegetasi yang menjadi kewajiban perusahaan pemegang izin.
BACA JUGA:Tambang Ilegal Rusak Lahan Pertanian, DPRD Purbalingga Lakukan Sidak
"Walaupun sebelumnya kami sudah ke sana, tapi atas permintaan gerakan Save Slamet kami tindaklanjuti. Namun kami hanya bisa sampai di wellpad H, tidak sampai wellpad F karena terkendala cuaca dan medan," ujarnya.
Di wellpad H, tim mendapati perusahaan telah melakukan penanaman kembali, namun kondisinya belum sesuai harapan.
“Kondisi wellpad sudah dihentikan eksplorasinya. Memang pernah ada usaha revegetasi, tapi masih banyak tanaman revegetasi yang mati,” kata Sugiri.
Pemkab Banyumas, lanjutnya, telah melaporkan temuan tersebut ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar perusahaan segera menyelesaikan kewajiban reklamasi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


