Banner v.2
Banner v.1

Telson Hardani Pelukis Asal Jeruklegi Suarakan Dukungan Terhadap Palestina Melalui Kanvas

Telson Hardani Pelukis Asal Jeruklegi Suarakan Dukungan Terhadap Palestina Melalui Kanvas

Telson Hardani berfoto bersama karya seni pertamanya yang berjudul “Forever Palestine – Palestine Forever”.-Dok Telson Hardani-

Ketika Empati Berubah Jadi Inspirasi Lukisan Pertama

Di tengah gempuran berita tentang penderitaan bangsa Palestina yang terus berkecamuk, simpati dan dukungan datang dari berbagai penjuru dunia. Namun, siapa sangka salah satunya datang dari sebuah desa kecil di Cilacap, Jawa Tengah, tepatnya dari Jeruklegi Kulon.

JULIUS PURNOMO, Cilacap

Dari sana, Telson Hardani, seorang penulis, konten kreator, sekaligus pelukis, menyampaikan empatinya terhadap Palestina bukan lewat orasi atau demonstrasi, melainkan melalui karya seni lukis pertamanya.

Karya itu ia beri judul “Forever Palestine – Palestine Forever”, sebuah lukisan abstrak yang menjadi representasi rasa solidaritasnya terhadap bangsa yang sedang berjuang mempertahankan tanah airnya.

“Sebenarnya ini karya seni lukis pertama saya,” ujar Telson saat ditemui. “Saya membuatnya berdasarkan apa yang terjadi di Palestina. Saya ingin siapa saja yang melihat lukisan ini bisa merasakan penderitaan bangsa Palestina." lanjutnya.

BACA JUGA:Gotong Royong Gelar Lapak Sarapan Gratis, Sokong Ekonomi Lokal dan Selamatkan Perut Keroncongan

Meski ini adalah debutnya di dunia lukis, Telson tidak asal menorehkan warna. Dalam lukisannya, tampak dominasi warna hitam, hijau, merah, dan putih—warna yang tak lain adalah representasi dari bendera Palestina.

Namun kekuatan lukisan ini tidak hanya pada komposisi warnanya. Ia menyisipkan berbagai simbol penuh makna: kunci besar, Masjid, bulan, matahari, pohon zaitun, kurma, dan peta Palestina. Bagi Telson, setiap elemen itu adalah pesan.

“Kunci besar adalah simbol hak kembali warga Palestina ke tanah mereka, mewakili harapan dan keteguhan dalam mempertahankan hak mereka,” jelasnya.

Melalui simbol-simbol itu, Telson berharap orang-orang bisa melihat lebih dari sekadar visual. Lukisan ini adalah jeritan nurani, doa dalam bentuk warna, dan seruan akan keadilan dari hati yang jauh dari medan konflik, namun dekat dalam rasa kemanusiaan.

BACA JUGA:Dibalik Sikap Tegas Kajari Banjarnegara Fadhila Maya Sari, Selalu Pertimbangkan Empati di Tiap Keputusan Hukum

Telson bukan pelukis yang belajar dari bangku seni formal. Ia mulai belajar melukis dua tahun lalu dari seorang seniman senior yang sangat ia kagumi, Ki Rupa Guna, atau yang lebih dikenal dengan Pak Suhadi Gempot.

“Menurut saya, beliau itu maestro lukis asli Cilacap yang karyanya sudah malang melintang. Saya belajar banyak dari beliau,” kisah Telson penuh semangat.

Kini, pembelajarannya tak lagi sekadar soal teknik kuas atau pencampuran cat. Ia telah menemukan makna baru dalam berkesenian—menjadi suara bagi yang tak bersuara, menjadi media bagi nurani yang ingin bersuara lebih dari sekadar status di media sosial.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: