Mengenal Kampung Prapen, Wisata Budaya Bernapas Adat di Desa Pesanggrahan
Potret Kampung Prapen, desa wisata di Desa Pesanggarahan, Kecamatan Kroya.-RAYKA/RADARMAS-
CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Dikelilingi hamparan sawah hijau dan rimbunnya pepohonan tropis, Kampung Prapen yang berada di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kroya, menjadi oase baru dalam geliat pariwisata Cilacap.
Bukan sekadar tempat berswafoto atau bersantai, desa wisata ini hadir dengan konsep yang kuat, yakni melestarikan nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi warisan leluhur.
Desa Pesanggrahan, melalui Kampung Prapen, menekankan pentingnya menjaga dan menghidupkan kembali adat istiadat yang mulai terpinggirkan oleh arus modernisasi. Setiap sudut kampung ini merepresentasikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Jawa yang mengedepankan harmoni, gotong royong, kesopanan, dan keterhubungan dengan alam.
"Desa kami memang sejak awal ingin mengangkat kembali nilai-nilai luhur budaya. Kami tidak sekadar membangun fisik kampung wisata, tapi menghidupkan ruhnya, ruh budaya dan adat yang menjadi jati diri desa," terang Ketua Pengelola Desa Wisata Pesanggrahan, Nartim Muhammad Ihsanudin.
BACA JUGA:Desa Wisata di Cilacap Ditambah Dongkrak Pariwisata dan Ekonomi Warga
Nartim mengatakan, secara resmi, Kampung Prapen telah mengantongi SK Bupati sebagai desa wisata berbasis budaya. Dengan pengakuan ini, Desa Pesanggrahan semakin mantap mengembangkan potensi kultural sebagai pilar utama wisata.
Salah satu daya tarik utama adalah rumah-rumah joglo dan kafe UMKM yang berdiri selaras dengan nuansa perdesaan. Kafe tersebut menjadi ruang ekonomi kreatif bagi warga, mulai dari remaja hingga ibu rumah tangga.
"Semua produk di sini adalah hasil karya warga. Kami ingin wisata ini benar-benar membumi, menjadi ruang berekspresi masyarakat sekaligus sumber penghidupan," kata Nartim.
Untuk memperkuat identitas budaya, pihak pengelola tengah menyusun paket wisata. Dengan mengusung nilai-nilai Sapta Pesona, Kampung Prapen tidak hanya menyambut wisatawan, tapi juga mengajak mereka menyelami filosofi hidup masyarakat Jawa.
"Kami ingin pengunjung pulang membawa pengalaman, bukan hanya foto. Ada nilai budaya yang bisa mereka bawa pulang, dan mudah-mudahan membekas dalam ingatan," pungkas Nartim. (ray)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


