Dinas Sejarah TNI AL Eksplorasi Benteng Karang Bolong di Pulau Nusakambangan

Dinas Sejarah TNI AL Eksplorasi Benteng Karang Bolong di Pulau Nusakambangan

Kadisjarahal Laksamana Pertama Hariyo Poernomo (kiri) saat meninjau lokasi meriam besi peninggalan Belanda yang masih terdapat di Benteng Karang Bolong Nusakambangan, Sabtu (11/11/2023).-JULIUS/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Dinas Sejarah TNI Angkatan Laut melakukan eksplorasi atau penjelajahan terhadap Benteng Karang Bolong yang terletak di Pulau Nusakambangan Kabupaten CILACAP.

Dari sejarahnya, benteng tersebut merupakan benteng pertahanan laut yang digunakan Pemerintah Hindia-Belanda untuk mempertahankan wilayah Cilacap pada kurun waktu sekitar tahun 1835 masehi.

Luas area benteng mencapai 12 hektare dengan sejumlah ruangan yang digunakan untuk beberapa fungsi seperti pengintaian, senapan mesin bahkan penjara.

Kepala Dinas Sejarah TNI Angkatan Laut (Kadisjarahal) Laksamana Pertama Hariyo Poernomo kepada Radarmas mengatakan, dengan penelurusan tersebut pihaknya mendapatkan fakta bersejarah mengenai pertempuran-pertempuran yang terjadi pada masa lalu.

BACA JUGA:Meski Belum Dibahas Dewan Pengupahan Cilacap, Serikat Pekerja Usulkan Kenaikan Upah 2024 Sebesar 15 Persen

BACA JUGA:Kembangkan Kawista Emji di Desa Mernek, Cilacap Sebagai Wisata Edukasi

"Tugas kami untuk menjaga sejarah, jangan sampai sejarah kita terputus karena hal itu akan menjadi landasan bagi generasi muda kedepan untuk mempertahankan bangsa dan negara," katanya, Minggu (12/11/2023).

Meski demikian, pihaknya sangat menyesalkan dengan banyaknya coretan yang terdapat pada tembok bangunan benteng akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Kita kemarin sudah koordinasi dengan bupati, dan kita meminta pemkab agar bisa melakukan ekplorasi lebih dalam terhadap benteng Karang Bolong dan menjadikannya cagar budaya agar tetap terjaga dan tidak musnah," lanjutnya.

Selain itu, Kadisjarahal mengungkapkan terkait keberadaan meriam besar yang masih terdapat pada salah satu bangunan benteng, pihaknya akan berkoordinasi dengan Danlanal untuk proses evakuasi atau penanganan lainnya.

"Kita akan koordinasi dengan pihak terkait mengenai keberadaan meriam tersebut tapi hal yang terpenting adalah giat ekplorasi di Nusakambangan dilakukan rutin sehingga bukti sejarah otentik ini masih terjada karena itu merupakan fakta sejarah," pungkasnya. (jul)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: