3 Hotel Bersejarah di Indonesia dari Masa Kolonial Belanda

3 Hotel Bersejarah di Indonesia dari Masa Kolonial Belanda

gambaran singkat tentang hotel-hotel di Indonesia bersama sejarahnya.-portal data adinda-

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Hotel-hotel di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Mencerminkan perkembangan negara ini dari masa kolonial hingga modern.

Berikut adalah gambaran singkat tentang hotel bersejarah di Indonesia dari masa penjajahan kolonial belanda.

Hotel Bersejarah di Indonesia

Deretan hotel bersejarah di Indonesia dari masa kolonial Belanda masih bertahan ssampai sekarang, dengan bangunannya yang megah dan kokoh:

BACA JUGA:Alila Solo Hotel Bintang 5 Terbaik yang Berada di Solo

BACA JUGA:Rekomendasi 2 Hotel Terbaik di Bandung Untuk Staycation

 

 

The Phoenix Hotel 

The Phoenix Hotel adalah sebuah tempat bersejarah yang berlokasi di Yogyakarta, Indonesia. Hotel ini memiliki sejarah yang panjang dan beragam, serta telah menjadi salah satu ikon budaya dan pariwisata di kota ini.

Dibangun pada tahun 1928 oleh seorang pengusaha bernama Liem Bwan Tjie. The Phoenix Hotel awalnya didirikan sebagai sebuah asrama militer Belanda yang dikenal sebagai "Hotel de Pavillon."

Bangunan ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Belanda, E.F. Verkuyl, yang memberikan gaya arsitektur kolonial yang khas pada hotel ini. Sejak pembangunan awalnya, hotel ini telah melalui sejumlah perubahan signifikan. 

BACA JUGA:Grand Edge Hotel Semarang, Penginapan Bintang Empat dengan Kolam Renang Mewah!

BACA JUGA:Rekomendasi Hotel Terbaik Dekat Pegunungan di Indonesia, Cocok untuk Menikmati Keindahan Alam

 

Pada masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, Hotel de Pavillon berubah namanya menjadi Hotel Yamato, dan fungsi bangunannya diubah menjadi rumah sakit militer.

Pasca-perang, hotel ini kembali beroperasi sebagai Hotel de Pavillon di bawah kepemilikan keluarga Liem. Namun, pada tahun 1951, hotel ini mengalami perubahan besar dengan berganti nama menjadi "Hotel Merdeka."

Pada tahun 1969, Hotel Merdeka diambil alih oleh sebuah perusahaan Jepang, dan nama hotel ini kembali diubah menjadi "Hotel Phoenix." Kepemilikan Jepang berlangsung selama beberapa tahun sebelum akhirnya dikembalikan kepada pemilik Indonesia.

Hingga Pada tahun 2003, Phoenix Hotel menjalani renovasi besar-besaran yang mengembalikan kejayaan arsitekturalnya.

BACA JUGA:SMP Negeri 1 Kaligondang Sabet Juara 1 Lomba Sesorah Putri

BACA JUGA:Peras dan Ancam Sebarkan Foto Asusila, Karyawan Swasta di Purbalingga Dibekuk Polisi

 

Hotel Tugu Malang 

Hotel Tugu Malang adalah salah satu hotel bersejarah yang terletak di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia. Hotel ini adalah bagian dari jaringan Hotel Tugu, yang terkenal dengan konsep-konsep yang menggabungkan seni, budaya, dan sejarah Indonesia dalam pengalaman perhotelan mereka.

Hotel Tugu Malang terletak di bangunan yang bersejarah, yaitu bekas rumah keluarga besar seorang tuan tanah kaya bernama Kwee Hoen, yang dibangun pada tahun 1850. Hotel ini memadukan elemen-elemen arsitektur kolonial dengan seni tradisional Indonesia yang kaya, menciptakan suasana yang unik dan memesona.

Selama masa pendudukan Belanda di Indonesia, bangunan ini sempat digunakan sebagai asrama militer, dan selama masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, hotel ini diambil alih oleh militer Jepang.

BACA JUGA:Yuk, Buat Travelling Kalian Makin Seru dengan Menginap di Hotel Instagramable yang Terletak di Semarang

BACA JUGA:Menikmati Keindahan Hotel The Secret, Hotel Ekslusif di Karimunjawa

Setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan ini kembali ke tangan pemiliknya dan berlanjut sebagai tempat tinggal pribadi dan keluarga Kwee Hoen.

Pada tahun 1989, bangunan ini diubah menjadi Hotel Tugu Malang oleh seorang pengusaha dan kolektor seni Indonesia, Anhar Setjadibrata. Anhar Setjadibrata memulihkan bangunan bersejarah ini dan mengisi hotel dengan berbagai koleksi seni dan artefak budaya Indonesia yang langka, termasuk patung-patung, lukisan, dan benda-benda bersejarah.

Hotel Majapahit Surabaya

Hotel Majapahit Surabaya adalah salah satu hotel bersejarah yang terletak di kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Hotel ini memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perkembangan kota Surabaya dan perhotelan Indonesia.

BACA JUGA:ASTON Inn Pandanaran, Hotel Bintang Empat di Semarang yang Mengesankan!

BACA JUGA:Referensi Hotel Murah Dekat Malioboro Mulai dengan Harga 200 Ribuan

Hotel Majapahit Surabaya, awalnya dikenal dengan nama Hotel Oranje, didirikan pada tahun 1910 oleh perusahaan kereta api Belanda bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Hotel ini merupakan salah satu hotel mewah pertama di Indonesia, dan merupakan bagian dari proyek perluasan stasiun kereta api Surabaya, yang saat itu merupakan salah satu gerbang utama ke Indonesia Timur.

Bangunan Hotel Oranje dirancang oleh arsitek Belanda, Henri Maclaine Pont, yang menggabungkan arsitektur kolonial Eropa dengan unsur-unsur seni dekoratif Jawa. Ini menciptakan tampilan yang unik dan indah yang masih dapat dilihat hingga saat ini.

Selama masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, Hotel Oranje berfungsi sebagai markas militer Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, nama hotel ini diganti menjadi Hotel Merdeka, merayakan kemerdekaan yang baru diperoleh.

Pada tahun 1969, hotel ini mengalami perubahan besar ketika diambil alih oleh grup Singapura, Hotel Properties Ltd, dan kemudian berganti nama menjadi Hotel Majapahit.

Pergantian nama ini terinspirasi oleh Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan besar di Jawa yang pernah ada pada abad ke-14. Nama baru ini mencerminkan kebanggaan atas sejarah dan budaya Jawa.

Industri perhotelan di Indonesia terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pariwisata. Hotel-hotel di Indonesia menawarkan berbagai pilihan akomodasi, mulai dari hotel berbintang hingga resor mewah, dan mencerminkan kekayaan budaya dan keramahan Indonesia.

Sejarah hotel di Indonesia mencerminkan evolusi industri ini dari masa kolonial hingga era modern, yang terus menjadi bagian penting dari perekonomian Indonesia dan pariwisata nasional. (raf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: