BP2MK: Tidak Ada Lagi Sekolah Favorit

BP2MK: Tidak Ada Lagi Sekolah Favorit

Kepala Sekolah Mulai Siapkan Strategi Penerimaan Peserta Didik Baru PURWOKERTO-Penerapan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang SMA membuat sekolah bakal putar otak. Pasalnya, sekolah yang tadinya menjadi sekolah favorit mau tidak mau harus dapat menerima peserta didik di sekitar lingkungan sekolah atau zonasi yang sudah ditetapkan. Kepala Balai Pengendali Pendidikan Menengah dan Khusus (BP2MK) Wilayah V Provinsi Jateng Gunawan Sudharsono mengatakan peraturan pemerintah tentang zonasi di sekolah sebenarnya impelemntasi dari Pasal 34 Ayat (1) UUD 1945 tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. SERIUS : Perwakilan guru dan kepala sekolah dalam acara sosialisasi penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat SMA kemarin. (Ali Ibrahim/Radar Banyumas) "Sebenarnya sisi positifnya ya implementasi ini, jadi warga di lingkungan sekitar sekolah dapat mendapatkan pelayanan pendidikan, terlebih yang tidak mampu," tuturnya. Namun begitu, dengan diterapkannya sistem zonasi pada jenjang SMA ini, tidak ada lagi SMA favorit. Pasalnya tidak semua anak yang pintar dapat masuk ke sekolah yang pada tahun sebelumnya dianggap favorit. "Ini yang namanya pemerataan, jadi tidak melulu anak pintar ada di SMA yang favorit saja. Nantinya seluruh SMA dapat bersaing, tinggal bagaimana pola pembelajaran sekolah tersebut," pungkasnya. Sementara itu, Kepala SMA Negeri 5 Purwokerto, Tugiyono saat sosialisasi zonasi PPDB jenjang SMA di sekolahnya. Menurutnya diterapkannya zonasi ini bakal merubah seluruh manajemen sekolah, baik pembelajaran maupun lainnya. "Jelas manajemennya berubah, baik itu manajemen pembelajaran ataupun yang lain-lainnya," katanya. Menurutnya hal tersebut dilakukan lantaran peserta didik yang masuk ke sekolahnya tidak seperti tahun lalu, yang notabene masuk dengan nilai sudah tinggi. "Tahun ini patokannya zonasi, nilai berapapun bisa masuk asal masih sesuai kuota, kalau berlebih ya kami seleksi lagi dengan nilai. Tapi yang menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) jelas masuk," tuturnya. Saat ditanya apakah ada kekhawatiran menurunnya grade sekolah, pihaknya tak merasa khawatir. "Oleh karenanya manajemennya dirubah ya karena itu, dulu input sudah bagus, nah sekarang inputnya macem-macem, jadi memang harus kerja keras untuk mempertahankan prestasi terlebih jika harus meningkatkan prestasi," tuturnya. Sementara Kepala Sekolah SMA N 1 Sumpiuh, Sucipto mengaku sistem zonasi jauh lebih baik daripada rayonisasi. Pasalnya zonasi jangkauan input siswa meliputi kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan domisili sekolah. "Jadi bagi sekolah pinggiran seperti kami jelas zonasi menguntungkan karena dalam sistem zonasi anak yang berprestasi akan daftar di sekolah di zona 1," katanya. (ali/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: