Menyucikan Hati di Bulan Ramadan: Menjaga Keikhlasan dalam Beribadah

Muhammad Rasyid Ridha (Pendidikan Bahasa Arab UMP)--
Oleh: Muhammad Rasyid Ridha
Pendidikan Bahasa Arab UMP
Ramadan adalah waktu istimewa bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Selain menahan lapar dan haus, esensi utama puasa adalah mencapai keikhlasan dalam setiap amal perbuatan. Keikhlasan, atau niat yang murni karena Allah semata, menjadi kunci diterimanya ibadah. Allah berfirman, "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus..." (QS. Al-Bayyinah: 5). Rasulullah ﷺ juga bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang dilakukan dengan ikhlas dan mengharap wajah-Nya semata." (HR. Nasa'i).
Dikisahkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, tiga orang terperangkap dalam gua karena tertutup batu besar. Mereka pun berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal perbuatan paling ikhlas yang pernah mereka lakukan. Dengan izin Allah, batu tersebut bergeser, dan mereka pun selamat. Kisah ini mengajarkan bahwa amal yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dapat menjadi penyelamat dalam kehidupan.
Agar ibadah di bulan Ramadan lebih bermakna, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keikhlasan. Pertama, berdoa kepada Allah agar diberikan hati yang tulus dalam setiap amal. Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu pernah berdoa, "Ya Allah, jadikan seluruh amalku bernilai kebaikan, dan jadikanlah amal tersebut benar-benar ikhlas hanya untuk wajah-Mu, dan jangan jadikan sedikit pun dari amal tersebut untuk siapa pun (selain Engkau)." Kedua, menyembunyikan amal kebaikan, seperti dalam sabda Rasulullah ﷺ tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat. Salah satunya adalah, "Seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah, lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, penting untuk menghindari pujian dan popularitas agar amal tetap murni karena Allah. Amal yang dilakukan demi mendapat pengakuan dari manusia akan kehilangan nilai di sisi-Nya. Sikap rendah hati juga membantu menjaga keikhlasan, karena dengan menyadari bahwa semua kemampuan dan kesempatan untuk beribadah adalah karunia dari Allah, seseorang akan terhindar dari sifat ujub (bangga diri). Tidak kalah penting, memperbanyak istighfar dapat membersihkan hati dari niat yang tidak murni serta menjaga ketulusan dalam setiap ibadah.
Ramadan adalah kesempatan emas untuk melatih diri agar lebih ikhlas dalam beribadah. Dengan hati yang ikhlas, ibadah kita akan lebih bermakna dan insya Allah diterima oleh-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang selalu menjaga keikhlasan dalam setiap amal dan meraih keberkahan di bulan suci ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: