Gunung Slamet Alami 2.457 Kali Gempa Hembusan, Masyarakat Banyumas Dihimbau Tetap Tenang

Gunung Slamet Alami 2.457 Kali Gempa  Hembusan, Masyarakat Banyumas Dihimbau Tetap Tenang

Sampai pertengahan tahun 2024 ini, status Gunung tertinggi di Jawa Tengah ini masih dalam status Waspada atau Level 2.-DOK DIMAS PRABOWO/RADARMAS-

PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah merilis hasil evaluasi terbaru terkait aktivitas Gunung Slamet hingga pertengahan bulan Juli 2024 ini. Evaluasi ini mencakup pengamatan visual dan instrumental yang menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

Menurut rilis PVMBG melalui Kepala BPBD Banyumas, Budi Nugroho, menjelaskan visual Gunung Slamet tampak jelas hingga tertutup kabut, dengan asap kawah utama berwarna putih yang teramati memiliki intensitas tipis hingga tebal dengan ketinggian 50-300 meter dari puncak. 

"Cuaca bervariasi dari cerah hingga hujan, dengan angin bertiup lemah hingga kencang ke arah selatan dan barat. Suhu udara berkisar antara 19,1 hingga 28,4 °C," jelasnya.

BACA JUGA:Tiga Hari Berturut-turut Fenomena Embun Beku Menyelimuti Candi Arjuna, Jadi Daya Tarik Wisatawan Dieng

Selama periode tersebut, aktivitas kegempaan di Gunung Slamet didominasi oleh beberapa jenis gempa, yaitu 2.457 kali Gempa Hembusan, 535 kali Gempa Low Frequency, 1 kali Gempa Vulkanik Dangkal, 2 kali Gempa Vulkanik Dalam, dan 9 kali Gempa Tektonik Jauh. Gempa Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5-3 mm, dominan 2 mm juga teramati.

Pengamatan visual menunjukkan peningkatan aktivitas dengan asap kawah utama yang lebih sering terlihat. 

"Data kegempaan mencatat peningkatan Gempa Low Frequency dan Gempa Hembusan, yang menandakan peningkatan aktivitas permukaan. Terekamnya Gempa Vulkanik Dangkal dan Dalam ini menunjukkan adanya suplai magma ke permukaan," terang Budi.

BACA JUGA:Tiga Hari Berturut-turut Fenomena Embun Beku Menyelimuti Candi Arjuna, Jadi Daya Tarik Wisatawan Dieng

Pemantauan deformasi menggunakan Electronic Distance Measurement (EDM) menunjukkan fluktuasi jarak yang cenderung stabil. 

Tiltmeter (Tiltmeter merupakan alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh sebuah gunung), yang ditempatkan di beberapa stasiun juga tidak menunjukkan perubahan signifikan pada komponen Y (radial). 

Dari analisis data menunjukkan peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet, yang berpotensi memicu erupsi.

BACA JUGA:Desa Karanganyar, Cilacap Jadi Percontohan Desa yang Mampu Manfaatkan Lahan Pekarangan

Berdasarkan data terbaru, tingkat aktivitas Gunung Slamet masih berada pada Level II (Waspada). Kepala BPBD Banyumas, Budi Nugroho, mengimbau warga agar tetap tenang dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. 

"Kami mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan tetap waspada. Dilarang beraktivitas dalam radius 3 km dari kawah puncak Gunung Slamet. Pemantauan intensif terus dilakukan, dan kami selalu berkoordinasi dengan PVMBG untuk memastikan keselamatan warga," ujar Budi Nugroho.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: