Banner v.2
Banner v.1

Sel Tubuh Saat Puasa Ramadhan: Adaptasi dan Manfaat Kesehatan

Sel Tubuh Saat Puasa Ramadhan: Adaptasi dan Manfaat Kesehatan

Dr. dr. Muhammad Fadhol Romdhoni, M.Si., C.Sk., Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto.--

Oleh: Dr. dr. Muhammad Fadhol Romdhoni, M.Si., C.Sk.

(Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

Puasa Ramadhan bukan hanya ibadah spiritual, tetapi juga memberikan manfaat ilmiah bagi kesehatan tubuh. Selama berpuasa, tubuh mengalami perubahan metabolik yang memiliki dampak positif pada sel-sel tubuh. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa puasa dapat membantu regenerasi sel, meningkatkan fungsi otak, dan memperlambat penuaan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan manfaat kesehatan dalam ibadah puasa.

Dalam kondisi normal, tubuh memperoleh energi dari glukosa yang berasal dari makanan. Namun, saat berpuasa lebih dari 12 jam, kadar glukosa dalam darah menurun, dan tubuh mulai menggunakan cadangan lemak sebagai sumber energi melalui proses yang disebut ketosis.

Salah satu adaptasi biologis yang terjadi adalah autofagi, yaitu mekanisme alami di mana sel "membersihkan" bagian-bagian yang rusak dan mendaur ulangnya menjadi energi baru. Penemuan ini diperkuat oleh riset Yoshinori Ohsumi, pemenang Nobel Kedokteran 2016, yang menunjukkan bahwa autofagi berperan penting dalam mencegah penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker dan Alzheimer.

Studi yang diterbitkan dalam Cell Stem Cell (2014) menemukan bahwa puasa dapat merangsang produksi sel induk (stem cell) dalam sumsum tulang, yang berperan dalam regenerasi jaringan tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh. Penelitian dalam New England Journal of Medicine (2019) menyebutkan bahwa puasa dapat menurunkan kadar sitokin proinflamasi, sehingga mengurangi risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan rheumatoid arthritis. Studi dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2016) menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi resistensi insulin, yang merupakan faktor utama dalam perkembangan diabetes.

Saat puasa, tubuh meningkatkan produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF), protein yang membantu pertumbuhan dan perlindungan sel saraf. Studi yang dipublikasikan di Nature Neuroscience (2018) menunjukkan bahwa peningkatan BDNF dapat memperbaiki daya ingat dan mengurangi risiko gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Penelitian di Cell Metabolism (2017) menyatakan bahwa puasa dapat mengurangi stres oksidatif dan memperlambat proses penuaan dengan meningkatkan perbaikan DNA dan produksi enzim antioksidan dalam sel.

Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur aspek ibadah, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan fisik umatnya. Puasa yang diwajibkan dalam Islam ternyata memiliki manfaat kesehatan yang telah terbukti secara ilmiah. Ini menunjukkan bahwa ajaran Islam selalu selaras dengan ilmu pengetahuan modern. Para ulama juga menjelaskan bahwa puasa dapat menjadi sarana penyucian jiwa sekaligus tubuh. Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zad al-Ma’ad menyebutkan bahwa puasa membantu menyeimbangkan sistem tubuh dan menjaga kesehatan.

Puasa Ramadhan bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga memberikan manfaat ilmiah bagi kesehatan tingkat seluler. Dengan memahami bagaimana tubuh beradaptasi selama puasa, kita semakin yakin bahwa ibadah ini memiliki efek positif yang luas bagi kesehatan. Untuk mendapatkan manfaat maksimal, penting untuk tetap mengonsumsi makanan sehat saat sahur dan berbuka, serta menjaga hidrasi yang cukup. Semoga puasa tahun ini membawa keberkahan bagi tubuh dan jiwa kita. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan!

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: