Banner v.2
Banner v.1

Puasa Untuk Menggapai Kebahagiaan di Hari Esok

Puasa Untuk Menggapai Kebahagiaan di Hari Esok

Pengasuh Pondok Pesantren Al Hasani Jatimulyo Alian, Gus Fachrudin Ahmad Nawani.--

KEBUMEN-Secara pengertian, puasa berarti menahan. Adapun puasa dalam pengertian syariat adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Ini dimulai sejak terbitnya fajar (subuh) sampai tenggelamnya matahari (maghrib).

Lantas sejak kapan ada Puasa Ramadhan? Dalam kitab Fathul Mu’in dijelaskan bahwa ibadah Puasa zRamadhan pertama kali diwajibkan pada bulan sya’ban di tahun kedua setelah Hijrah (2 Hijriyah).

Mengkaji dari aspek hirtoris sejarahnya, ibadah puasa sebenarnya merupakan syariat umat-umat terdahulu. Kemudian ibadah puasa juga menjadi bagian dari syariat umat Rasulullah SAW akan tetapi dengan format aplikatif yang berbeda.

Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al Hasani Jatimulyo Alian Gus Fachrudin Ahmad Nawani.

Disampaikannya, pahala Puasa Ramadhan dalam pengaplikasiannya, ibadah puasa dilakukan hanya dapat dilakukan dengan menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa.

Tentunya, seseorang yang berpuasa atau tidak tidak mampu terdeteksi dengan panca indera. Maka dari itu, sudah sangat layak kalau dikatakan puasa merupakan ibadah yang murni hanya diketahui oleh seorang hamba dengan Tuhannya.

"Tidak ada yang tahu secara pasti seberapa besar pahala yang dijanjikan Allah SWT kepada hambanya yang melakukan ibadah puasa Ramadhan," tuturnya.

 Ramadan memberikan peluang yang sangat besar untuk mengubah jatidiri manusia. Dalam hal akhlak, jatidiri manusia akan bisa lebih baik sebab Ramadan melatih nilai kejujuran. Ibadah puasa yang sehari-hari dijalankan, memiliki potensi dalam mendarmabaktikan kejujuran pada Allah.

"Oleh sebab itu, nilai pahala Puasa yang berlipat ganda hanya menjadi otoritas Allah. Tidak ada satu pun manusia yang tahu pahalanya," katanya.

Hakikat kejujuran adalah dari usaha manusia menyatakan kondisi apa adanya–tanpa harus berdusta. Nilai kejujuran ada pada pesan hidupnya untuk menyebutkan bahwa kondisi nyata dengan tidak mengada-ada. Sebab dusta adalah awal dari kehancuran.

Ini menunjukkan bahwa posisi orang yang benar akan hidup tenang baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebaliknya, orang yang jahat dan berdusta akan terasa tidak nyaman sejak di dunia dan di akhiratnya menjadi penghuni neraka. (mam)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: