Banner v.2
Banner v.1

Kuat Nglakoni, Luhur Ganjarane Dibalik Hikmah dan Keutamaan Puasa Ramadhan

Kuat Nglakoni, Luhur Ganjarane Dibalik Hikmah dan Keutamaan Puasa Ramadhan

Havidz Cahya Pratama, S.Pd.I., M.Pd., Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto--

Oleh: Havidz Cahya Pratama, S.Pd.I., M.Pd.

Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Prinsip "Kuat Nglakoni, Luhur Ganjarane" memiliki makna mendalam. Secara harfiah, ungkapan ini berarti "Siapa yang mampu menjalani dengan sabar dan tekun, maka akan mendapatkan ganjaran (pahala) yang tinggi." Hikmah dan keutamaan ibadah puasa di bulan Ramadhan mengajarkan tentang kesabaran dan keteguhan dalam menjalankan perintah Allah SWT akan berbuah pahala besar dan kemuliaan di sisi-Nya. Prinsip ini sejalan dengan falsafah Jawa seperti "Sabar anggoning nglakoni, tatas anggoning ngesti" yang mengajarkan pentingnya kesabaran dalam menjalankan kewajiban serta keteguhan dalam mencapai tujuan mulia.

Puasa merupakan ibadah yang memerlukan ketahanan fisik, pengendalian diri, dan kekuatan spiritual. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2]:183:

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Menurut Al-Qurthubi dalam tafsirnya, takwa mencakup ketaatan yang berkelanjutan, kesabaran dalam menghadapi ujian, dan kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Puasa mengajarkan umat Islam untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan seperti makan dan minum, menjaga lisan, pandangan, dan hati dari perbuatan tercela. Dengan menjalankan puasa secara ikhlas dan sabar, seseorang akan meraih derajat tinggi di sisi Allah SWT, sebagaimana makna dari ungkapan "luhur ganjarane."

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman:

"Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya." (HR. Al-Bukhari, no. 1904; Muslim, no. 1151).

Hadits ini menunjukkan bahwa pahala puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Ibn Hajar dalam Fathul Bari Jilid 1 halaman 600 menjelaskan bahwa keistimewaan puasa terletak pada sifatnya yang tersembunyi dan hanya diketahui oleh Allah serta orang yang menjalankannya. Oleh karena itu, orang yang bersabar dan mampu menanggung beban puasa akan mendapatkan ganjaran tanpa batas dari Allah SWT.

Puasa Ramadhan memiliki berbagai hikmah dan keutamaan yang berdampak pada aspek spiritual, sosial, dan moral. Pertama, Puasa Ramadhan menjadi sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Dengan menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu, individu dilatih untuk mengendalikan dorongan fisik dan emosional, membentuk karakter yang sabar dan disiplin. Konsep ini selaras dengan pepatah Jawa "Topo ngrame," yakni laku prihatin di tengah kesibukan dunia sebagai wujud pengendalian diri dan pencapaian kesempurnaan batin. Kedua, puasa memperkuat solidaritas sosial karena umat Islam merasakan langsung bagaimana menahan lapar dan dahaga, sehingga menumbuhkan empati terhadap sesama, terutama kaum dhuafa. Hal ini sesuai dengan nilai "Handarbeni lan Hangrungkebi," yaitu rasa memiliki dan kepedulian terhadap orang lain.

Ketiga, puasa merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT sebagai manifestasi penghambaan yang tulus. Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman: "Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya" (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini sejalan dengan ajaran Jawa "Ana catur mungkur," yang berarti menjauhi hawa nafsu untuk mencapai derajat yang lebih tinggi.

Puasa di bulan Ramadhan juga melatih kesabaran dalam tiga aspek: sabar dalam ketaatan, sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar dalam menghadapi cobaan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin Jilid 1 pada halaman 246 menyebutkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga upaya membersihkan jiwa, menumbuhkan rasa empati kepada mereka yang kurang mampu, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan sabar menjalani puasa, seseorang akan mendapatkan pahala, membentuk karakter yang kuat dan tahan uji dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Dalam penerapannya, "Kuat Nglakoni poso kui mberkahi uripmu" mendorong umat Islam untuk memaknai puasa sebagai proses pembentukan diri yang berkelanjutan. Selama Ramadhan, seorang Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan seperti shalat malam, membaca Al-Qur'an, dan memperbanyak sedekah. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:

"Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari, no. 38; Muslim, no. 759).

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: