Musim Penyu Bertelur Dimulai, Lima Sarang Sudah Terpantau

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID – Musim pendaratan penyu di pesisir selatan Cilacap tahun 2025 ini diprediksi berlangsung tepat waktu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, awal April menjadi momen penyu laut mulai naik ke daratan untuk bertelur. Musim ini diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025.

Koordinator Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap, Jumawan menyebutkan, penyu-penyu mulai bermigrasi ke kawasan pantai timur Cilacap, seperti Pantai Sodong dan Adipala. Kedua pantai ini dikenal tenang dan bersih. Sehingga sering dipilih penyu sebagai lokasi atau sarang untuk bertelur.

“Penyu ini suka tempat yang tenang dan bersih. Saat ini sudah ada lima sarang penyu yang akan menetas di bulan Mei 2025,” ujarnya, Jumat (18/4).

Namun tidak semua penyu berhasil bertelur. Tim konservasi menemukan beberapa penyu gagal naik ke pantai karena kondisi garis pantai yang tidak landai, suhu dan kelembaban yang tidak ideal, serta gangguan dari aktivitas manusia seperti memancing atau menangkap ikan.

BACA JUGA:Melukis Harapan dari Kursi Roda: Mahasiswa UMP Persembahkan Karya untuk Menteri Pendidikan RI

BACA JUGA:Berkat Pemberdayaan BRI, Pengusaha Batik Tulis Ini Bawa Warisan Budaya ke Pasar Global

“Gangguan cahaya atau limbah juga bisa membuat penyu enggan mendarat. Mereka sangat sensitif dengan kondisi sekitar,” terang Jumawan.

Untuk itu, pihaknya terus mengajak masyarakat agar peduli dan ikut menjaga habitat penyu. Edukasi dilakukan secara langsung di wilayah pesisir, terutama soal larangan mengonsumsi atau memperjualbelikan telur penyu.

“Kita sudah sosialisasi supaya jika menemukan telur penyu jangan dikonsumsi dan dijual. Dan ini masyarakat sudah semakin sadar. Saya juga berharap masyarakat ikut menjaga kebersihan pantai agar lingkungan tetap terjaga,” tegasnya.

Selain fokus pada pelestarian, tempat konservasi penyu di Cilacap kini juga menjadi tujuan wisata edukasi. Bahkan mulai dilirik oleh wisatawan mancanegara yang ingin belajar lebih dekat soal konservasi penyu.

“Alhamdulillah saat ini tempat konservasi semakin ramai. Banyak masyarakat umum, sekolah, maupun lembaga datang untuk belajar di sini,” tutup Jumawan.

Sumber: