RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Parenting dalam keluarga memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Salah satu pendekatan yang menjadi sorotan adalah Permissive Parenting. Berbeda dengan Authotarian Parenting, Permissive Parenting mengusung pendekatan yang lebih longgar dan terbuka.
Permissive Parenting menonjolkan kebebasan dan keterbukaan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Dalam pola asuh ini, aturan-aturan yang ketat jarang ditegakkan, dan ekspektasi yang jelas terkadang kurang diberikan kepada anak.
Orang tua yang menerapkan Permissive Parenting cenderung menghindari konflik dan lebih bersikap sebagai sahabat daripada otoritas yang menegakkan batasan terhadap ana-anaknya. Berikut pejelasan lengkap mengenai dengan Permissive Parenting:
Karakteristik Permissive Parenting
Parenting dalam keluarga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kepribadian serta perkembangan anak. Salah satu pendekatan yang mendapat sorotan adalah Permissive Parenting.
BACA JUGA:Inilah Cara Menghadapi Anak yang Sedang Tantrum
BACA JUGA:Berbagai Mainan yang Dapat Melatih Keterampilan Motorik Halus Anak
Permissive Parenting cenderung memberikan kebebasan yang lebih besar kepada anak-anak. Namun, karakteristik-karakteristik yang ditampilkan oleh orang tua yang menerapkan pola asuh ini perlu dipahami dalam konteks dampaknya bagi perkembangan anak. Berikut karakteristiknya:
1. Tidak Menetapkan Aturan
Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung tidak banyak menetapkan aturan atau standar perilaku yang jelas bagi anak-anak mereka. Hal ini membuat anak sulit memahami batasan yang seharusnya ada dalam berbagai situasi.
2. Tidak Memberi Tanggung Jawab yang Jelas
Tanggung jawab yang jelas terkadang tidak diberikan kepada anak, sehingga mereka mungkin kurang terlatih dalam mengambil tanggung jawab dan inisiatif.
3. Tidak Konsisten terhadap Aturan
Konsistensi dalam menegakkan aturan dan batasan penting untuk membentuk pola perilaku yang baik pada anak. Pola asuh permisif seringkali kurang konsisten dalam menerapkan aturan yang telah dibuat.
4. Tidak Mendisiplinkan Anak