Tanpa adanya batasan dan harapan yang ditetapkan oleh orang tua, anak-anak mungkin kehilangan pengertian tentang pentingnya kerja keras, ketekunan, dan disiplin dalam mencapai prestasi akademik yang memuaskan.
Penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa memberikan kebebasan kepada anak dalam lingkungan yang terstruktur dan penuh dorongan adalah kunci dalam mengembangkan motivasi intrinsik yang kuat untuk mengejar prestasi akademik yang tinggi.
2. Menyebabkan Kesulitan Mengambil Keputusan
Salah satu ciri dari Permissive Parenting adalah memberikan kebebasan yang besar kepada anak dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah mereka sendiri. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung kurang ikut campur atau memberikan sedikit masukan dalam keputusan yang harus diambil oleh anak.
Namun, terlalu banyak memberikan kebebasan kepada anak tanpa arahan atau bimbingan yang tepat dari orang tua bisa berdampak pada kemampuan anak dalam mengambil keputusan. Anak-anak masih memerlukan bimbingan dan dukungan dari orang tua ketika mereka menghadapi situasi yang memerlukan keputusan penting.
Ketika orang tua terus menerus membiarkan anak mengatasi masalah atau membuat keputusan tanpa arahan yang memadai, ini bisa menghambat perkembangan keterampilan sosial anak. Anak mungkin kesulitan dalam memahami bagaimana cara berkomunikasi secara efektif, menyelesaikan konflik.
BACA JUGA:8 Cara Menanamkan Sikap Jujur pada Anak Sejak Dini Sesuai AJaran Islam
BACA JUGA:Inilah Cara Menghadapi Anak yang Sedang Tantrum
Keterampilan penting seperti kemampuan untuk bernegosiasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi dapat terganggu karena kurangnya bimbingan dari orang tua.
Oleh karena itu, meskipun memberikan ruang bagi anak untuk mandiri dalam pengambilan keputusan adalah hal yang baik, tetapi bimbingan yang tepat dan arahan dari orang tua tetap diperlukan.
3. Mempengaruhi kesulitan Mengelola Stress
Salah satu dampak yang dapat muncul dari Permissive Parenting adalah kesulitan anak dalam mengelola stres. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan di mana keinginan mereka seringkali dipenuhi tanpa ada batasan atau konsekuensi tertentu, mungkin tidak terlatih dalam menghadapi situasi stres dan frustrasi.
Ketika anak tidak terbiasa menghadapi penolakan atau ketidaksetujuan, mereka mungkin kesulitan mengendalikan emosi dan menemukan cara yang sehat untuk mengekspresikannya. Hal ini dapat berakibat pada perkembangan keterampilan sosial mereka.
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak terlatih dalam mengelola stres mereka dengan baik lebih rentan untuk mengalami kesulitan sosial ketika mereka dewasa. Mereka mungkin cenderung kurang peduli terhadap perasaan orang lain, sulit bergaul.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan bahwa pembatasan dan konsekuensi yang tepat dalam pola asuh anak merupakan bagian penting dalam membentuk kemampuan anak dalam mengelola stres.
4. Menimbulkan kesulitan Mengantur Waktu