Keutamaan Orang Berpuasa: Sampai-sampai Tidurnya pun Berstatus Sebagai Ibadah
Mahasiswa PG PAUD UMP, Desi Endah Lestari--
Oleh: Desi Endah Lestari
Mahasiswa PG PAUD UMP
Bulan ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia. Di bulan ramadhan tentu saja setiap muslim menghindari segala maksiat agar puasanya tidak sia-sia, dan juga tidak terhindar dari lapar dan dahaga saja. Puasa yang dikehendaki adalah puasa yang penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT.
Di dalam berpuasa ada salah satu hadist yang populer dan sering kita dengar saat bulan suci ramadhan. Hadist yang menjelaskan keutamaan orang berpuasa, sampai-sampai tidurnya pun berstatus sebagai ibadah. Bahkan dikatakan ini merupakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Derajat hadist yang sebenarnya adalah hadits yang dho’if (lemah).. Berikut hadist yang menjelaskan tentang hal ini:
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipat gandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).
Sehingga dengan penyampaian semacam ini, seringkali di kalangan masyarakat dipolitisir. Sebagai pembenaran orang-orang akhirnya bermalas-malasan lebih sering tidur dari pada melakukan ibadah di bulan ramadhan karena termotivasi dari hadist tersebut. Padahal pandangan semacam ini sangat keliru, ini sangat bertentangan dengan salah satu adab dalam menjalankan puasa yang tidak berkenankan memperbanyak tidur di saat siang hari.
Itensitas tidur terlalu banyak berkonotasi negatif karena identik dengan perilaku bermalas-malasan menyebabkan kelalaian. Sebagaimana para ulama biasa menjelaskan bisa mendapatkan pahala apabila diniatkan sebagai ibadah. Seperti untuk terhindar dari perbuatan maksiat. Faktor kelelahan saat berpuasa setelah melakukan berbagai macam pekerjaan, tidurnya diniatkan untuk istirahat agar fisik lebih bugar dan bersemangat dalam melakukan shalat malam dan melakukan amalan lainnya.
Hal yang sama juga diungkapan oleh Syekh Nawawi al-Bantani:
وهذا في صائم لم يخرق صومه بنحو غيبة، فالنوم وإن كان عين الغفلة يصير عبادة، لأنه يستعين به على العبادة
"Hadits 'tidurnya orang berpuasa adalah ibadah' ini berlaku bagi orang berpuasa yang tidak merusak puasanya, misal dengan perbuatan ghibah. Tidur meskipun merupakan inti kelupaan, namun akan menjadi ibadah sebab dapat membantu melaksanakan ibadah" (Syekh Muhammad bin 'Umar an-Nawawi al-Bantani, Tanqih al-Qul al-Hatsits, Hal. 66)
Dengan demikian, tidur saat berpuasa dapat disebut ibadah jika memenuhi kriteria, yang pertama tidur diniatkan untuk ibadah bukan bermalas-malasan, ingatlah ‘innamal a’malu bin niyaat” setiap amalan tergantung dari niatnya. Dan kedua tidak mencampuri ibadah puasa dengan perbuatan maksiat.
Semoga Allah menganugerahi kita semua di bulan suci ramadhan yang penuh berkah ini. Aamiin.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


