Banner v.2
Banner v.1

Ramadan dan Efisiensi Anggaran, Sebuah Renungan Optimisme dalam Mencari Rezeki

Ramadan dan Efisiensi Anggaran, Sebuah Renungan Optimisme dalam Mencari Rezeki

Dr. Labib Sajawandi, M.Pd--

Oleh: Dr. Labib Sajawandi, M.Pd.

(Kaprodi PGPAUD UMP)

BULAN Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu, termasuk di Indonesia, isu efisiensi anggaran sering kali menjadi perbincangan hangat. Banyak yang khawatir bahwa penghematan anggaran negara akan berdampak pada kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal rezeki. Namun, sebagai Muslim, kita harus tetap optimis karena rezeki adalah urusan Allah SWT. Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya, dan hal ini tidak terpengaruh oleh kebijakan manusia, termasuk efisiensi anggaran.

Dalam Islam, rezeki dipandang sebagai sesuatu yang telah diatur oleh Allah dengan sangat teliti. Rezeki tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga mencakup kesehatan, ilmu, kebahagiaan, dan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan dalam hidup. Dari sudut pandang cara memperolehnya, rezeki dapat dibagi menjadi tiga kategori: rezeki yang ditetapkan, rezeki yang digantungkan, dan rezeki yang dijanjikan. Mari kita bahas ketiganya secara mendalam, dilengkapi dengan dalil dari Al-Qur'an dan Hadis, serta kaitannya dengan optimisme Muslim dalam menghadapi situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian.

1. Rezeki yang Ditetapkan (Rizki Ma’lum)

Rezeki yang ditetapkan adalah rezeki yang sudah dijamin oleh Allah untuk setiap makhluk-Nya. Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang tidak mendapatkan jatah rezekinya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

"Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah." (QS. Hud: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa rezeki adalah hak setiap makhluk, dan Allah sebagai Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) telah menetapkannya. Dalam konteks efisiensi anggaran, kita tidak perlu khawatir karena kebijakan manusia tidak akan mengurangi rezeki yang telah Allah tetapkan. Misalnya, jika seseorang kehilangan pekerjaan karena pemotongan anggaran, Allah akan membukakan pintu rezeki lain yang mungkin tidak terduga.

Rasulullah SAW juga bersabda:  

إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا

"Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) telah membisikkan dalam hatiku bahwa seseorang tidak akan mati sampai ia menyempurnakan rezekinya." (HR. Abu Nu’aim)

Dengan demikian, sebagai Muslim, kita harus yakin bahwa rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah pasti akan sampai kepada kita, meskipun jalan yang ditempuh tidak selalu seperti yang kita harapkan.

2. Rezeki yang Digantungkan (Rizki Mauquf)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: