Mengenal Pola Asuh Tiger Parenting dan Dampaknya pada Perkembangan Anak

Mengenal Pola Asuh Tiger Parenting dan Dampaknya pada Perkembangan Anak

Mengenal Pola Asuh Tiger Parenting-Freepik-

RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anak-anak mereka mencapai prestasi yang gemilang dan menjadi kebanggaan keluarga. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut, seringkali mereka menerapkan pola asuh yang kurang tepat. Salah satu contoh pola asuh tersebut adalah tiger parenting.

Pola asuh tiger parenting awalnya dikenalkan oleh seorang profesor hukum bernama Amy Chua melalui bukunya berjudul "Battle Hymn of the Tiger Mom". Dalam karyanya tersebut, Chua menggambarkan secara rinci pola asuh ketat yang diterapkannya pada anak perempuannya.

Setelah buku Amy Chua dirilis, American Psychological Association kemudian menggunakan istilah tiger parenting untuk merujuk pada pola asuh yang ketat dan otoriter dalam mengasuh anak.

Mengenal Pola Asuh Tiger Parenting 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tiger parenting adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola asuh yang cenderung otoriter, penuh kontrol, dan ketat. Penggunaan pola asuh ini diyakini dapat membantu membentuk anak-anak menjadi individu yang disiplin, rajin, dan fokus sejak dini.

BACA JUGA:Mengenal Pola Asuh Helikopter serta Dampaknya pada Perkembangan Anak

BACA JUGA:Mengenal Pola Asuh Permisif dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak

Pola asuh tiger parenting umumnya diterapkan oleh orang tua yang memiliki ambisi tinggi untuk melihat anak-anaknya tumbuh menjadi individu yang sukses, khususnya dalam bidang akademik. Karakteristik yang sering dimiliki oleh orang tua yang menerapkan pola asuh tiger parenting meliputi:

1. Menekankan pada pencapaian nilai tinggi dalam setiap mata pelajaran di sekolah.

2. Mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan les atau kursus tambahan.

3. Mengalami kebanggaan apabila anak berhasil mencapai nilai tinggi di sekolah, tetapi merasa kecewa dan marah jika hasilnya kurang memuaskan.

4. Menegakkan hukuman apabila anak tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

5. Membatasi interaksi sosial anak atau kegiatan bermain dengan teman-temannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: