Vaksin Pusat Kesehatan Swasta Tak Terkontrol, BPOM Temukan Vaksin Palsu
PURWOKERTO- Mencuatnya kasus vaksin palsu kini semakin membuat orang tua di Banyumas dan sekitarnya ketar-ketir. Apalagi setelah Bareskrim Polri membekuk distributor vaksin palsu area Jawa Tengah. Hingga kemarin, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas mengakui belum bisa mendeteksi vaksin yang beredar di masyarakat itu asli atau palsu. Pasalnya, banyak pusat kesehatan diluar pemerintah yang pengadaan vaksin mereka itu diluar kontrol dari dinas. Plt Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Sadiyanto mengatakan, untuk pusat kesehatan milik pemerintah dipastikan menggunakan vaksin dari pusat yang didistribusi melalui provinsi. "Sudah dipastikan vaksin asli karena langsung dari distributor resmi," kata dia. Namun berbeda untuk swasta, tidak ada jaminan vaksin yang digunakan itu asli atau palsu. "Memang tidak ada jaminan, itu tergantung mereka beli vaksin dimana. Kami tidak bisa mengontrolnya," jelasnya. Dia menuturkan, untuk swasta, mereka sebagian besar meminta vaksin kepada dinas meskipun jumlahnya terbatas. Sehingga masih ada kemungkinan membeli dari pihak lain. Namun vaksin atau obat yang diresepkan maupun tidak diresepkan oleh dokter diberikan oleh apotik. "Kuncinya di apotik, menggunakan vaksin asli atau palsu kami tidak tahu," jelasnya. Untuk itu, kedepan akan dilakukan inventarisir kepada pengguna vaksin yakni apotik, bidan, maupun dokter anak terkait pembelian vaksin. "Saya mengimbau kepada pusat pelayanan kesehatan dalam membeli vaksin langsung ke distributor resmi agar terjamin keasliannya," tuturnya. Menurut Sadiyanto, hingga saat ini belum ada laporan terkait vaksin palsu di Banyumas. Pantauan langsung juga belum dilakukan. "Kami mengakui belum melakukan pengecekan ke lapangan. Kebetulan beberapa waktu lalu ada beberapa kegiatan yang cukup menyita waktu," terangnya. Dari Kabupaten Purbalingga, Kepala DKK Purbalingga dr Nonot Mulyono MKes mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan. Berdasar informasi dari Kementrian Kesehatan RI, semua vaksin di Puskesmas di seluruh Indonesia dijamin asli alias tidak ada yang palsu. "Vaksin itu kita ambil di Dinkes Provinsi. Berasarkan informasi dari Kemenkes, vaksin itu asli. Kami akan segera membuat edaran sampai ke Puskesmas jika vaksin itu aman," kata dia. Dia menyatakan, dinas serius menyikapi adanya peredaran vaksin palsu untuk balita, meski di Purbalingga belum ditemukan. "Kami tak ingin kecolongan," katanya. Sementara, Anggota Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan Karangreja, Daryanto mengatakan, seharusnya dinas terkait segera memastikan ada tidaknya indikasi peredaran vaksin palsu itu di Purbalingga. “Harusnya dinas memberikan pengumuman resmi jika di Purbalingga aman dari vaksin palsu. Jangan cuma yang di Puskesmas, tapi juga di pusat kesehatan lainnya yang swasta," tandasnya. Vaksin BCG Diduga Palsu Di Semarang, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang menemukan vaksin yang diduga palsu. Vaksin jenis BCG (Bacillus Calmette Guerin) itu ditemukan di dua klinik swasta di Kota Semarang saat dilakukan penelusuran, Selasa (28/6) kemarin. Kepala BPOM Semarang, Endang Pudjiwati, menjelaskan, kedua vaksin tersebut belum bisa divonis palsu karena belum melewati uji laboratorium. "Ini baru dugaan karena kemasan vaksin tersebut tidak disertai nomor izin edar dan tanggal kedaluwarsanya. Kami patut curiga karena dari penyalurannya tidak dilengkapi surat-surat resmi," katanya. Vaksin tersebut, lanjut Endang, rencananya akan dikirim ke BPOM pusat untuk dilakukan uji laboratorium untuk melihat komposisinya. Jika ternyata benar-benar palsu, pihaknya akan merekomendasikan ke pihak pemberi izin agar sarana kesehatan tersebut diberikan sanksi. Diakui, pihak BPOM Semarang masih kesulitan mengidentifikasi secara fisik perbedaan barang vaksin asli dan palsu. Pasalnya, sampai sejauh ini belum mendapat contoh barang vaksin palsu yang dimaksud. Kemarin, petugas BPOM Semarang melakukan pantauan di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Jalan Jeruk, Lamper Lor, Semarang Selatan. Petugas melakukan pengecekan langsung ke penyimpanan vaksin di lemari es, namun masih kesulitan membedakan secara kasat mata antara vaksin asli dan palsu. Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo, menampik adanya temuan vaksin palsu di Kota Semarang. Menurutnya, tidak ditemukannya nomor izin dan tanggal kedaluwarsa seperti yang disita BPOM, bisa jadi karena kesalahan pengepakan. "Mungkin labeling-nya yang keliru. Bagaimana pun harus dipastikan dulu lewat uji laboratorium," tegasnya. Dia menerangkan, program vaksinasi atau imunisasi terbagi menjadi dua jenis. Yakni, program pemerintah dan di luar program pemerintah. Untuk program pemerintah, vaksin yang digunakan bisa dijamin keasliannya. Sebab, distribusinya dan pengadaannya resmi dari Kementerian Kesehatan. "Artinya, imunisasi yang gratis itu justru aman. Jaminan asli. Kalau yang bayar seperti di klinik swasta, kami tidak bisa menjamin karena di luar program pemerintah," katanya. (ida/amr/jpg/dis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: