Jadi Lumbung Padi di Kabupaten Cilacap, Tanaman Padi di Maos Masih Diserang Gulma

Jadi Lumbung Padi di Kabupaten Cilacap, Tanaman Padi di Maos Masih Diserang Gulma

Kondisi tanaman padi di Kecamatan Maos, masih banyak gulma yang menyerang.-RAYKA/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Keterbatasan tenaga kerja untuk melakukan tanam padi saat ini, menjadi kendala utama bagi kelangsungan pertanian di Kabupaten CILACAP. Apalagi adanya keberadaan gulma atau tanaman pengganggu. Kondisi ini terjadi di Kecamatan Maos

Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Maos, Rokhmat Saifudin mengatakan, saat ini 1.700 hektare sawah di kecamatan yang sudah tanam. Bahkan bulan Desember 2023 mendatang, sekitar 400 hektare sawah sudah mulai panen. 

"Gulma sangat mengganggu pertanaman. Kalau tidak dikendalikan akan menurunkan produksi padi sebanyak 15 persen. Ini muncul sekitar lima hari setelah tanam, diolah tanah nanti tanam, waktu lima hari setelah tanam mulai muncul dari permukaan tanah," katanya, Rabu (8/11/2023).

Untuk itu, pihaknya mendorong petani untuk menggunakan herbisida Novixid untuk menjaga lahan sawah petani di Kecamatan Maos agar lebih bersih dari penyerapan unsur hara dan lebih optimal.

BACA JUGA:Rabu Pagi, Gempa 2,8 SR Guncang Cilacap

BACA JUGA:Palsukan Identitas Untuk Permohonan Paspor WNI, WNA Asal China Diamankan Petugas Imigrasi Cilacap

"Kecamatan Maos ini merupakan lumbung padi di Kabupaten Cilacap. Keberadaan gulma masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para petani. Karena tenaga kerja kita semakin minim, selain pakai manual kita juga menggunakan herbisida," ujarnya. 

Rokhmat mengatakan, produktivitas padi di Kecamatan Maos mencapai 7,3 ton per hektare saat panen. Bahkan di Desa Glempang sawah seluas 280 hektare akan panen sekitar 20 hari lagi.

"Sekitar 400 hektare akan panen di di Desa Glempang, Panisian dan Maos lor. Karena irigasi Maos tidak ditutup, seharusnya ditutup 1 Juli lalu. Tapi karena ada permintaan MT III tidak ditutup karena memungkinkan tanam tiga kali," ujar Rokhmat.

Sementara itu, Country Leader Corteva Agriscience Indonesia Wahyu Indrawanto mengatakan, pihaknya mendorong agar petani bisa tuntas dalam pengendalian gulma. Sehingga petani tidak perlu melakukannya secara manual.   

"Herbisida Novixid dapat membantu petani dalam mengendalikan spektrum gulma yang luas, termasuk gulma yang resisten dan tingkat penggunaan sangat rendah dibandingkan dengan herbisida lain. Selain dapat meningkatkan produktivitas pertanian juga dapat menghemat biaya produksi," ujar Wahyu. (ray)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: