Lulus Cumlaude, Novel Pertama Cetak 300 Eksemplar

Lulus Cumlaude, Novel Pertama Cetak 300 Eksemplar

Lysa dengan Thalasemia yang diidapnya sejak kecil mampu hidup produktif dengan menulis novel dan menamatkan kuliahnya dengan predikat cumlaude.-YUDHA IMAN PRIMADI/RADARMAS-

Alysa Sasi Akbar (21), Penyintas Thalasemia Berjuang Menggapai Mimpi Menjadi Novelis

Memotivasi generasi muda lainnya, pengidap Thalasemia mayor di Banyumas, Alysa Sasi Akbar (21), menjalani rutinitasnya selayaknya orang sehat. Transfusi darah tiga minggu sekali, tak mengurangi semangatnya untuk menggapai mimpi sebagai novelis. Lulus dengan predikat sangat memuaskan (cumlaude) dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, novel pertama warga Desa Ajibarang Wetan ini sudah tercetak sampai 300 eksemplar.

YUDHA IMAN PRIMADI, Banyumas

Ditemui di rumahnya Grumbul Tambakan Desa Ajibarang Wetan pada Kamis (5/10) sore, Alysa Sasi Akbar atau yang dikenal dengan panggilan Lysa ini, sedang membantu ibunya berjualan di warung. Dengan tangan terbuka Lysa menerima kedatangan Radarmas untuk berbagi kisah perjuangan untuk tetap produktif menjalani hidup sebagai penderita Thalasemia.

BACA JUGA:Gunakan Dana Pribadi Salurkan Air Bersih Gratis untuk Warga, Distribusikan Hingga Larut Malam

BACA JUGA:Butuh Waktu Sehari Penuh Selesaikan Satu Produk, Limbah Batok Makin Langka

"Kami semua penderita Thalasemia berkumpul dalam Perhimpunan Penyintas Thalasemia Indonesia (PPTI). Di wilayah Ajibarang, ada beberapa teman sesama penyintas," katanya.

Lysa mengungkapkan, dirinya menjalani transfusi darah sejak kelas III SD saat diketahui mengidap Thalasemia mayor. Saat itu tanda-tanda dalam dirinya sebelum didiagnosa menderita Thalasemia seperti sering pucat dan sering sakit mulai terlihat. 

Pada saat itu, Thalasemia khususnya di Banyumas belum banyak ditemukan. Coba menerima kenyataan, hari demi hari sebagai penyintas Thalasemia dijalaninya dengan penuh optimisme dan semangat. Hingga usianya hampir genap menginjak 22 tahun bulan November tahun ini.

"Teman-teman saya tidak takut, karena mereka tahu Thalasemia ini penyakit genetik. Bukan penyakit yang ditularkan dari orang ke orang. Justru mereka penasaran ingin lebih banyak tahu apa itu Thalasemia," terang dia.

Menjalani kuliah dengan diselingi kewajiban untuk transfusi darah setiap tiga Minggu sekali di RSUD Banyumas, tidak membuat nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rendah. Dengan IPK 3,6, lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini meraih predikat cumlaude dalam wisudanya bulan lalu. 

Di balik kemampuan akademisnya, alumnus SMK Muhammadiyah 1 Ajibarang ini juga memiliki bakat menulis novel. Satu novel berjudul "Back To Singapore" mampu diselesaikannya sebagai kenang-kenangan pada sekolah tercinta. Sampai saat ini novel pertamanya sudah dicetak sampai 300 eksemplar oleh penerbit di Solo.

"Novel Back To Singapore bercerita seputar kehidupan seorang remaja SMA. Novel ini dulu ditulis waktu saya masih duduk di bangku SMK, dengan genre slice of life dan mistery," terang Lysa.

Berbicara cita-cita, meski lulusan keguruan, Lysa justru berkeinginan menjadi translater atau copywriter. Semua kembali pada bakatnya yaitu menulis. Meski untuk sekarang belum ada inspirasi kuat dalam diri Lysa untuk menulis novel keduanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: