Bahasa Jawa Jadi Mapel Tersulit

Bahasa Jawa Jadi Mapel Tersulit

Martabat Bahasa Daerah Perlu Ditingkatkan PURWOKERTO - Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan terobosan-terobosan, sebelum nantinya bahasa daerah (Bahasa Jawa, red) benar-benar terlupakan. Sebab berdasarkan survei di institusi pendidikan, Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran muatan lokal yang dinilai paling sulit bagi siswa. bahasa-jawa-jadi-mapel-tersulit Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Pardi Suratno mengatakan, jika hal tersebut terus berlanjut, bukan tidak mungkin generasi selanjutnya akan lupa atau bahkan tidak mengenal bahasa ibu yaitu bahasa Jawa. Menurutnya, surat edaran bupati maupun Gubernur untuk menggunakan bahasa daerah pada hari tertentu, dinilai belum cukup untuk meningkatkan martabat bahasa daerah. "Bahasa merupakan wadah kebudayaan. Apabila bahasa Jawa menghilang, maka budayanya pun turut lenyap. Demikian pula dengan Bahasa Penginyongan," ujarnya dalam Kongres Basa Penginyongan I di Pendopo Si Panji, Selasa (25/10) kemarin. Menurutnya, dari penyelenggaraan kongres Bahasa Jawa yang saat ini sudah hampir mencapai enam kali, masih belum mampu membuat bahasa Jawa menjadi bahasa yang bermartabat. Artinya, bahasa yang dipakai dalam hati nurani. Meski banyak anggapan yang menyebut bahasa tidak akan hilang selama masyarakat penginyongan masih ada, menurutnya hal itu hanya isapan jempol. Sebab meski masyarakat penginyongan masih ada, tanpa berbuat apa-apa atau tidak melestarikan penggunaan bahasa Jawa pada kehidupan sehari-hari, maka lama kelamaan bahasa juga akan terkikis. "Bahasa itu sama dengan tumbuhan sama seperti tubuh kita, kalau tidak dirawat maka semakin layu dan bisa mati lalu hilang," ujarnya. Pardi mengungkapkan, karakter Bahasa Penginyongan yang cablaka harus terus digali dan dipertahankan. Menurutnya, bila ada pengembangan-pengembangan atau penyesuaian dengan era saat ini, bukan tidak mungkin bahasa daerah ini bisa andil memperbaiki situasi negara saat ini. Asisten Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekda Provinsi Jawa Tengah, Budi Wibowo saat membacakan pidato Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan, penggunaan bahasa Jawa, khususnya bahasa Banyumasan. juga perlu dilakukukan oleh masyarakat, tidak hanya di lingkungan pemerintah. "Harapannya masyarakat dari luar daerah yang bekerja di Jawa Tengah juga harus bisa menggunakan bahasa Jawa," ungkapnya. Di sisi lain, bahasa Jawa harus menjadi mata pelajaran muatan lokal di setiap sekolah. Hal itu menurutnya dapat menunjang upaya pelestarian bahasa ibu. Tokoh Paguyuban Seruan Eling Banyumas (Serulingmas) Yogyakarta, Yani Saptohudoyo mengatakan, kongres semacam ini harus digelar secara rutin. Sebab hasil forum ini dapat menjadi dasar upaya pelestarian bahasa Banyumasan. "Kami yang terpencar di berbagai daerah merindukan hal semacam ini. Di perantauan kami membentuk komunitas Banyumasan, berkumpul dan menggunakan bahasa Banyumas. 'Dadi ora kelalen karo daerahe dhewek'," pungkasnya. (bay)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: