Awalnya Punya 15 PSK, Salah Satunya Mahasiswi S2

Awalnya Punya 15 PSK, Salah Satunya Mahasiswi S2

TERTANGKAP : APP, Mucikari Prostitusi Online Saat gelar perkara di Polres Banyumas.(Dimas Prabowo/Radar Banyumas) PURWOKERTO - Para perempuan yang direkrut APP, cukup beragam statusnya. Bahkan salah satunya masih berstatus sebagai mahasiswi S2 di salah satu perguruan tinggi di Purwokerto. "Iya, salah satunya mahasiswi S2 di Purwokerto. Dia asli warga Banyumas," kata Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun SIK melalui Kasat Reskrim AKP Gede Yoga Sanjaya. Selain mengamankan tersangka, polisi juga mengamankan tiga perempuan pekerja seks komersil yang bekerja kepada tersangka APP. Dari ketiganya, polisi mengamankan tiga HP sebagai barang bukti. "HP digunakan perempuan tersebut untuk bertransaksi dengan pelaku. Selain mengirim foto, juga berkomunikasi kapan dan kemana dia harus datang melayani pelanggan," jelasnya. Menurut pengakuan tersangka, sejak satu tahun menjalankan bisnisnya, sedikitnya ada 15 perempuan yang jadi anak buahnya. Namun, saat ini hanya ada tiga perempuan yang masih aktif. "Keluar masuk, ada 15 tapi yang masih aktif sekarang hanya tiga. Sudah kami pelajari, yang aktif menawarkan hanya tersangka saja. Pekerjanya hanya menunggu panggilan dari tersangka," ungkapnya. Sementara itu, tersangka APP mengaku, dia mengelola bisnisnya sejak awal 2018 lalu. Dia berinisiatif membuat akun Twitter untuk bisnis esek esek. "Rekrutnya gampang, karena saya sampingan di dunia hiburan malam. Saya kenal beberapa Lady Escort freelance. Saya tawarin, akhirnya mau," kata dia. Selain menggandeng LC freelance yang dia kenal, pelaku juga mencari pekerja melalui media sosial MiChat. Dengan aplikasi chatting, pelaku mencari perempuan yang mau bergabung. "Kan ada tuh di status, saya chat saya tawarin mau gak gabung saya. Karena dia mau, ya saya tawarkan ke pelanggan melalui Twitter," ujarnya. Untuk menawarkan seorang pelayan seks komersil, tersangka terlebih dahulu meminta foto diri. Setelah foto diterima tersangka, kemudian diposting di media sosial. "Saya minta foto yang normal saja. Terus fotonya saya sensor di bagian mata, baru saya posting. Foto itu nanti bisa dikirim lagi setelah ada pelanggan serius yang menghubungi via DM atau WA," terang dia. Setelah pelanggan menetapkan pilihan, tersangka menentukan harga dan hotel tempat kencan. Dari tarif yang disepakati, pelanggan diminta membayar DP. "Setelah cocok, pelanggan bayar DP dan ditentukan jam mainnya. Setelah itu saya booking kamar hotel, nanti perempuannya yang nunggu di dalam kamar hotel," tuturnya. Dia mengaku, dalam satu bulan dia bisa memperoleh uang Rp 4,5 juta bersih. Uang tersebut dia kirim ke orang tua di Jakarta. "Hasilnya buat bantu pengobatan ortu, buat biaya hidup juga sama bayar kos," ujarnya. Selama ini, lanjutnya, dia hanya bekerjasama dengan perempuan yang sudah cukup umur. Selain mahasiswi, ada juga freelance LC. "Saya memang tidak main anak SMA atau yang masih bawah umur. Rata-rata usia 20-an ke atas sampai 30-an," tandas dia. (mif/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: