Konsistensi Agus Supriyanto Menjalankan Bisinis Buah Salak

Konsistensi Agus Supriyanto Menjalankan Bisinis Buah Salak

Konsistensi Agus Supriyanto Menjalankan Bisinis Buah Salak Konsistensi Agus Supriyanto Menjalankan Bisinis Buah Salak Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Itulah yang dialami Agus Supriyanto dalam menggeluti dunia usaha. Tak heran jika saat ini ia mampu meraih kesuksesan di usia muda. PUJI HARTONO, Banjarnegara KAKIBertemu Agus Supriyanto adalah bertemu dengan keceriaan. Pria 37 tahun ini memang terlihat humoris dengan celetukan-celetukan yang dilontarkannya. Meski pembawaannya terlihat tenang, namun setiap ucapannya kerap memancing tawa. Ya, kesan inilah yang terasa saat masuk ke dalam rumah bernuansa hijau di Desa Blitar RT 1 RW III, Kecamatan Madukara, Banjarnegara. Tak heran jika siapapun akan langsung merasa akrab dengan bapak dua anak itu meski baru pertama bertemu. Tapi, celetukan lucu itu hanyalah salah satu ‘sisi mata uang’ pria yang akrab disapa Agus itu. Di sisi yang lain, ia adalah sosok pengusaha yang telah bekerja keras sejak usia muda dulu. Jatuh-bangun telah dirasakan untuk merintis usaha buah salak. “Saya mulai berkecimpung dengan bisnis buah salak sebelum menikah dulu. Sekitar umur 20 tahun,” tutur Agus saat ditemui dikediamannya. Awalnya, Agus mengisahkan dirinya mulai bekerja sebagai pegawai yang bertugas menjual salak di Pasar Penilih Surabaya sebelum ditutup sekitar empat tahun lalu. Saat itulah ia mulai belajar tentang berbagai hal dalam bisnis buah salak. Dari memilih buah salak yang bagus, sampai belajar bagaimana cara menjaga hubungan baik dengan petani salak maupun para penjual salak eceran. Ketekunan dan kegigihannya dalam belajar pun langsung membuahkan hasil. Cukup 2,5 tahun, Agus mulai memberanikan diri untuk membuka bisnis salak sendiri. Tetapi saat itu untuk jumlah barangnya belum terlalu banyak. Namun, hingga kini pria yang mengaku hobi sepakbola ini mengirim enam ton setiap harinya ke Pasar Tanjung Sari, Surabaya, “Awalnya saya tahu ada permintaan yang banyak di Suarabaya. Jadi ketika tahu ada peluang harus dimanfaatkan. Meskipun kondisinya belum siap,” ujarnya sambil tersenyum. Ia mengaku usaha yang digelutinya semakin lancar saat mulai mempunyai aset armada truk. Hanya saja, kata pria yang harus pintar-pintar memanfaatkan peluang mengingat kuantitas buah salak naik-turun. Sehingga saat panen buah salak menurun, truk-truk miliknya dimanfaatkan untuk mengangkut sayur-sayuran dari dataran tinggi dieng. Namun demikian, usaha yang ditekuninya ini tidak serta merta berjalan mulus. Terutama saat-saat usai hari raya Idul Fitri. Agus membeberkan, saat itu kondisi pasar masih lesu, namun harga jual dari para petani masih tinggi sama seperti di Bualan Ramadan. “Bulan Ramadan harga buah-buah memang cenderung tinggi termasuk buah salak. Tetapi setelah lebaran pasar masih lesu, daya beli mulai menurun,” ungkap Agus. Dengan kondisi ini, arti pentingnya menjaga kerjasama penting dilakukan. Pasalnya, dirinya berhenti sejenak dari usahanya, maka akan kehilangan kepercayaan baik dari para petani maupun pelanggannya di Surabaya. Untuk itu, dirinya mengantisipasi dengan menyediakan anggaran yang cukup untuk menghadapi situasi-situasi paceklik. “Jangan sampai apa yang sudah ada pindah ke orang lain karena tidak percaya lagi dengan kita. Makanya hubungan yang sudah baik harus benar-benar dijaga,” pesannya.(*/nun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: