Tradisi Punggahan Ditiadakan

Tradisi Punggahan Ditiadakan

DITIADAKAN : Kegiatan Punggahan yang dilakukan Anak Putu Kalikudi tahun lalu. Tahun ini tradisi tersebut ditiadakan karena adanya wabah Covid-19. (RAYKA/RADARMAS) Penganut Kejawen Puasa Mulai Sabtu CILACAP - Berbagai tradisi menjalang bulan Ramadhan biasanya dilakukan oleh penganut kejawen dan pelestarian adat di Kabupaten Cilacap. Namun, berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini tradisi yang telah dilakukan ratusan tahun, turun temurun dan diikuti oleh belasan ribu orang yang bergabung dalam tradisi kejawen ini, tidak diadakan. Tetua Anak Putu Kalikudi, Adipala, Sunardi Kunthang menjelaskan, seperti halnya ritual Punggahan kali ini tidak akan dihadiri ribuan orang. Para tetua komunitas adat Banokeling memutuskan untuk membatasi peserta lantaran wabah. Selain itu, tradisi kepungan Nyadran yang biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan juga tidak digelar. Biasanya saat tradisi kepungan Nyadran, para anak putu keliling, berkunjung ke masing-masing rumah. Kemudian melakukan doa bersama di rumah masing-masing. "Kali ini tradisi Nyadran dilakukan di rumah masing-masing tanpa berkunjung ke rumah tetangga. Makanan kepungan nanti diantar ke tiap rumah," jelas Sunardi. Selain itu, kegiatan bekten dan resik kubur atau ziarah ke maqom leluhur yang ada di Desa Adiraja Adipala tahun ini juga tidak seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, para anak putu ramai-ramai ziarah ke maqom leluhur namun kali ini hanya perwakilan sesepuh. "Karena beda desa juga, kita tetap melakukan himbauan pemerintah terkait pemtasan sosial," ungkapnya. Sementara, untuk mengawali awal puasa Ramadan 1441 H, para penganut islam kejawen di Kabupaten Cilacap, akan mengawali puasa Ramadan pada hari Sabtu, (25/4). Menurutnya, penetapan kalender alif rebo wage (aboge) mengenai puasa dan lebaran sudah bisa ditentukan sejak jauh-jauh hari. Waktu puasa dan lebaran dikalender aboge berbeda dari ketetapan pemerintah. Namun, terkadang bisa sama dengan pemerintah. “Iya, kita mulai puasa hari Sabtu,” kata dia. Sunardi menerangkan, penghitungan penentu waktu jatuhnya 1 Ramadhan atau 1 Syawal merupakan gabungan penghitungan dalam satu windu dengan jumlah hari dan jumlah pasaran hari berdasarkan perhitungan Jawa yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing. "Penghitungan awal puasa selalu berubah tergantung tahunnya. Penetapan waktu tersebut dihitung berdasarkan penghitungan aboge," ungkapnya. Kendati demikian, perbedaan awal puasa tersebut dapat disikapi dengan arif dan bijaksana dan tidak menimbulkan masalah apalagi perpecahan umat. Pihaknya juga berharap, wabah yang sedang terjadi di dunia ini bisa berakhir, sehingga kegiatan-kegiatan ritual yang seharusnya dilakukan bisa kembali normal. (ray)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: