89 Siswa di Cilacap Absen di Hari Pertama Ujian, Dua Diantaranya Karena Meninggal Dunia

89 Siswa di Cilacap Absen di Hari Pertama Ujian, Dua Diantaranya Karena Meninggal Dunia

CILACAP-Sedikitnya, 89 siswa absen di hari pertama ujian nasional yang dilaksanakan Selasa (2/5). Dari total siswa yang tidak mengikuti ujian tersebut, terdiri dari peserta 19 peserta UNBK dan 70 siswa peserta UNKP. Ketua Satu Panitia Pelaksana Ujian Nasional (UN) tahun 2017 Kabupaten Cilacap, Nunung Sutiono mengatakan, beragam alasan membuat mereka tidak mengikuti ujian. Namun yang dominan adalah karena sakit, meninggal dunia dua siswa, tanpa alasan, dan adapula yang mengundurkan diri. KERJAKAN Siswa SMP di Kota Cilacap mengerjakan Ujian Nasional Berbasis Komputer. Dihari pertama, ada 89 siswa yang absen karena beragam alasan. (AHMAS FAIZ SALIMRADAR BANYUMAS) "Menurut saya, banyak siswa yang tidak mengikuti UN salah satunya disebabkan karena orang tuanya di luar kota, ada yang jadi TKI, dan rata-rata anak tersebut mengikuti mbah," jelas Nunung. Hal senada disampaikan Ketua Umum Panitia Pelaksana Ujian Nasional (UN) tahun 2017 Kabupaten Cilacap, Wuyung Sulistyo Pamudi S Pd M Pd. Dia mengatakan, mengikuti atau tidak mengikuti UN adalah hak semua orang. Oleh karenanya, pihak dinas sebenarnya sudah melakukan beberapa langkah untuk menekan angka tersebut. Salah satunya adalah melakukan sosialisasi. Dia meyakini di hari-hari berikutnya jumlah akan semakin sedikit. Persoalan seperti sakit maka diharapkan sudah membaik. Dia menghimbau pada penyelenggara agar tetap selalu memberikan motivasi, perhatian terhadap peserta agar melakukan ujian lebih baik. "Bagi peserta UN yang tidak tidak bisa mengikuti ujian bisa mengikuti ujian susulan, yang akan di.laksanakan pada tanggal 22-23 Mei 2017," katanya. Informasi yang dihimpun Radar Banyumas, total peserta ujian berbasis komputer ada 10. 786 peserta. Sementara untuk jumlah siswa peserta ujian nasional berbasis pensil dan kertas sebanyak 17. 458 peserta. Sementara itu, dari Kecamatan Cimanggu dilaporkan, seluruh siswa SMP dan MTs baik negeri dan swasta belum bisa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer. Mereka sejak hari pertama hingga berakhirnya ujian nasional, harus mengerjakan soal dengan lembar jawab atau masuk kategori Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP). Penyebabnya adalah keterbatasan jumlah komputer di tiap sekolah. "Cimanggu tidak ada yang UNBK," ujar Ketua Sub Rayon Majenang, Suwarno. Di Kecamatan Cimanggu ada 2 SMP N, 7 SMP dan 1 MTs swasta. Jumlah komputer diseluruh sekolah di sana tidak memenuhi syarat minimal yakni 1/3 dari jumlah siswa, sesuai petunjuk pelaksanaan UNBK. Selain itu, di Kecamatan Cimanggu belum ada satupun SMA dan SMK yang bisa meminjamkan komputer untuk 10 sekolah SMP dan MTs di sana. "Disana tidak ada SMA atau SMK yang komputernya bisa dipinjam," kata dia. Sementara SMK terdekat, lanjutnya, ada di Kecamatan Karangpucung. Di sana ada SMK Negeri, SMK Sriwijaya dan Darussalam. Namun hal ini kembali terbentur aturan dimana jarak antara SMP dengan SMK tempat siswa mengikuti UNBK maksimal 5 KM. Sementara jarak antara kedua kecamatan tersebut rata-rata lebih dari 5 KM. Aturan jarak ini, katanya agar tidak ada siswa yang mengalami keterlambatan tiba di lokasi ujian. "Jarak maksimalnya adalah lima kilo. Dulu SMP empat Majenang juga sudah berupaya untuk ikut UNBK dengan menginduk di SMK Muhammadiyah. Tapi setelah diukur dinas, jaraknya enam kilo hingga tidak diperbolehkan," ujarnya. Selain itu, ketersediaan angkutan umum darat juga kerap menjadi pertimbangan pihak pengelola SMP dan MTs. Ini meningat minimnya angkutan umum terutama bagi siswa yang berasal dari daerah pegunungan. Sebut saja mereka yang belajar di SMP 4 Majenang, SMP 2 Cimanggu dan sejumlah sekolah lainnya di Kecamatan Wanareja serta Dayeuhluhur. Sementara itu, siswa mengerjakan soal matematika pada UNBK hari kedua kemarin. Panitia harus menyediakan kertas buram bagi seluruh peserta dan digunakan untuk menggarap soal. Seperti diketahui, soal matematika membutuhkan perhitungan dengan adanya sejumlah rumus tertentu. "Panitia menyediakan kertas buram. Per siswa dikasih satu. Tapi kalau kurang bisa minta lagi ke pengawas," ujar ketua panitia UNBK SMP N 1 Majenang, Hujianto. Menurutnya, proses mengerjakan soal matematika kerap lebih rumit. Perhitungannya tidak bisa dilakukan dengan mengandalkan daya imajinasi atau "awangan". Selain itu, kertas buram juga dibutuhkan siswa saat menggarap kalimat dalam bahasa inggris dan juga bahasa indonesia. "Mengerjakan soal matematika tidak bisa awangan. Siswa juga butuh kertas ini untuk soal bahasa inggris terutama saat menyusun kalimat," kata dia. (har/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: