Siap Digigit, Beri Edukasi Kepada Masyarakat

Siap Digigit, Beri Edukasi Kepada Masyarakat

Komunitas Owner Musang Majenang Komunitas pecinta hewan liar di Kecamatan Majenang masih bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan komunitas baru sebatas memelihara hewan rumahan seperti anjing, ayam, burung dan sejenisnya. Salah satu yang masih tergolong langka itu adalah Komunitas Owner Musang Majenang (KONSEN). HARYADI, Majenang Sambil terus mengusap punggung dan kepala musang, remaja berkaos hitam itu duduk dengan tenang dikerumunan orang. Elusan ini menjadi upaya agar binatang berekor hitam ditangannya tetap tenang. Namun tetap saja, binatang piaraannya itu bergerak naik ke punggung dan pundak. Pemandangan ini menjadi keseharian bagi anggota KONSEN. Seluruh anggota yang berjumlah 18 orang itu, tahu resiko memelihara hewan liar. Salah satunya adalah digigit musang. Gigitan ini sering mereka rasakan saat baru memelihara musang, atau tengah memberikan makan. Namun demikian, tidak satupun dari mereka yang kapok dan melepas musang itu ke orang lain. "Salah satu resiko yang harus dihadapi adalah siap digigit," ujar Muhammad Abdulah, Ketua KONSEN. Dia menceritakan, pengalaman ini dia dapatkan saat baru mulai memelihara musang pandan. Musang jenis ini memang tergolong paling mudah mengalami domestifikasi atau perubahan dari hewan liar menjadi binatang piaraan. Beda dengan musang jenis lain seperti rase dan lainnya. "Musang pandan paling mudah dipelihara," ujarnya. Untuk bisa memelihara musang sampai nurut, dia memberikan beberapa tips. Pertama adalah telaten mengingat hewan ini tergolong sulit dijinakkan karena latar belakangnya sebagai yang hidup di alam bebas. Termasuk siap untuk digigit. "Tidak terhitung. Pokoknya harus siap digigit dan telaten," ungkapnya. Syarat kedua adalah memahami karakter tiap musang. Ini meningat musang, seperti halnya manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti pemalu, trengginas, aktif atau mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Jika sudah mahammi karakter, pemilik akan mudah memelihara musang. "Harus paham karakter," ujarnya. Dia menjelaskan, KONSEN merupakan cabang organisasi serupa di Kabupaten Cilacap yang bernama Komunitas Musang Cilacap (KIMCIL). Hal ini sesuai dengan aturan Perkumpulan Pencinta dan Pelestari Musang Indonesia (P3MI), setiap kabupaten hanya ada region. Jika ada organisasi serupa dan mau bergabung, boleh memiliki nama dan tetap dibawah koordinasi pengurus region. "Aturan dari pusat diperbolehkan cabang punya nama sendiri. Misal satu RT ada banyak penggemar dan ingin bentuk cabang berbeda, boleh-boleh saja," paparnya. Menurut dia, KONSENĀ  memiliki agenda pertemuan tiap Sabtu malam dan Minggu sore. Untuk Sabtu sore, mereka selalu bertemu di alun-alun Majenang. Sementara minggu sore bisa berpindah-pindah sesuai kesepakatan. Dan tiap kali berkumpul pada malam panjang, mereka kerap memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai musang. "Kita juga berikan edukasi karena ada yang dilindungi seperti Musang Sulawesi," kata dia. Edukasi serupa juga dilakukan dengan mendatangi sekolah atau instansi tertentu. Melalui ajang ini, mereka berupaya mempertegas keberadaan musang sebagai binatang khas Indonesia. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: