Suka Politik dan Pendidikan

Suka Politik dan Pendidikan

    Politik bagi Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra Cilacap, Maryo Ahmad (39), merupakan hal yang melekat di lingkungan hidupnya sejak masa kanak. Di lingkungan keluarga, kakek dan ayahnya merupakan kader Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi), puncak partai politik Islam modernis tahun 1950-an yang mengantongi 20,9 persen suara dalam pemilu pertama tahun 1955. Maryo mengaku jika terlibat dalam politik bertujuan menyelenggarakan kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat sampai perjuangan memusatkan perhatian untuk memperoleh, mempertahankan kekuasaan bahkan menentang pelaksanaan kekuasaan. "Sejak kecil saya memang sudah akrab dengan politik," terangnya pada Radar Banyumas, dalam obrolan santai di dalam rumahnya, beberapa waktu lalu. Dalam konteks menentang pelaksanaan kekuasaan, Maryo mengaku terlibat langsung dalam reformasi '98. Saat itu, ia tinggal di Jakarta dan tergabung dalam gerakan politik yang dipimpin Sri Bintang Pamungkas. Politik dalam gerakan reformasi itu ia pandang pencarian kedaulatan yang berakar pada kehendak umum (general will) dan kehendak publik ( public good) yang terus menjadi bagian hidup sehari-harinya sampai ia kemudian bergabung dengan DPC Gerindra Cilacap. "Tahun 2008, saya jadi Ketua DPC Gerindra," ujarnya. Di balik aktivitas dunia politik yang ia tekuni sepenuh hati, Maryo menceritakan sangat dekat dan suka menghikmati aktivitas dan kelucuan anak-anak. Kedekatanya dengan anak-anak ini, yang membuat ia terjun dalam pendidikan anak usia dini. Pengalamannya berorganisasi membuat ia menjadi Ketua Himpunan Tenaga Pendidik Anak Usia Dini (Himpaudi) di Kawunganten sejak tahun 2010. "Saya suka mendekatkan diri dengan anak-anak. Melihat kepolosan dan kelucuan mereka, membuat saya merasa nyaman," terangnya. Di dunia pendidikan anak usia dini, ia menilai guru PAUD adalah representasi dari seorang pendidik yang paling ikhlas. Pasalnya, para guru PAUD ini, menurutnya bagian dari seoarang pejuang yang memberi pondasi pengetahuan pada anak dan tanpa memikirkan tingginya imbalan. Guru PAUD baginya mirip dengan sosok guru masa lalu yang mengedepankan ketulusan. "Melihat guru PAUD saya melihat kebersahajaan seorang pendidik," terangnya. (ziz/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: