Olah Sampah Jadi Energi Alternatif

Olah Sampah Jadi Energi Alternatif

[caption id="attachment_99880" align="aligncenter" width="100%"] Ilustrasi[/caption] SELAIN fokus pada program pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat, Pemkab Cilacap juga mulai memikirkan solusi terkait tingginya volume sampah, terutama di wilayah perkotaan. Sebagai kabupaten terluas  di Jawa Tengah, masalah sampah memang menjadi salah satu persoalan pelik. Penambahan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), ternyata belum menjadi solusi jitu mengatasi persoalan sampah yang volumenya terus bertambah. Itu sebabnya, Pemkab Cilacap menggagas Program Refuse Derived Fuel (RDF), yakni pengelolaan sampah menjadi energi atau bahan bakar alternatif. Jika  sudah terealisasi, proyek ini bakal menjadi pilot project di Indonesia. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Cilacap, Ir Sunarno MM menjelaskan, Pemkab Cilacap menggandeng PT Holcim Indonesia yang nantinya akan memanfaatkan energi yang dihasilkan untuk operasional pabrik mereka di Cilacap. Sedangkan untuk kebutuhan peralatan, Pemkab menggandeng Kerajaan Denmark. Menurut Sunarno, Agustus mendatang diharapkan sudah ada perjanjian kerjasama dengan Holcim, kemudian ditindaklanjuti  pembangunan pabrik. Tahun 2017, diharapkan pabrik pengolahan sudah beroperasi. Dia mengungkapkan, lahan untuk bangunan pabrik pengolahan sampah sudah tersedia. Lokasinya di bekas tambang milik  Holcim. Secara teknis, lahan tersebut cukup strategis. Letaknya tidak terlalu jauh, berada di sebelah barat TPA Jeruklegi dengan akses mudah dan kontur tanah yang keras. Luasannya juga sesuai kebutuhan, yakni sekitar 3 hektare. Jika sudah beroperasi, program RDF bisa mengatasi persoalan sampah di Cilacap. Salah satunya memecahkan masalah umur TPA yang tinggal dua tahun lagi. Bahkan sampah dari TPA lain seperti Kroya, Sidareja maupun Majenang, bisa dipasok ke Cilacap untuk memperbesar kapasitas produksi RFD. Sebab pabrik yang bakal dibangun, memiliki kapasitas produksi 120 ton per hari. Sedangkan volume sampah dari wilayah kota hanya 80 ton per hari. Nilai investasinya berkisar Rp 60 miliar yang berasal dari Holcim dan Kerajaan Denmark. Pemkab Cilacap sangat serius dengan gagasan ini. Bahkan Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Mr Casper Klynge, akhir  Januari lalu mengadakan kunjungan kerja di Cilacap terkait rencana tersebut. Dia  meninjau TPA Jeruklegi. Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji saat menerima Duta Besar Denmark untuk Indonesia  mengatakan, pengolahan sampah menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat secara komprehensif dan terpadu. Menurut Tatto, salah satu TPA yang ada di Cilacap adalah TPA Jeruklegi yang memiliki luas keseluruhan 6,3 hektare. TPA ini mulai dimanfaatkan sejak tahun 1995. Dari luasan tersebut, yang masih aktif hanya seluas 1,4 hektare, 4,9 hektare sisanya merupakan TPA pasif. TPA yang melayani penduduk wilayah Kota Cilacap ini, setiap hari menampung  139 ton sampah. Dengan volume sampah tersebut, diperkirakan lahan TPA akan penuh pada tahun 2017. Menurut dia, menyediakan lahan baru untuk TPA membutuhkan investasi besar. TPA baru dengan masa pakai selama 15 tahun diperlukan investasi hingga Rp 200 miliar lebih. Karena itu, diperlukan alternatif untuk mengatasi persoalan sampah ini. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: