Gelaran Festival Gunung Slamet Purbalingga Kurang Greget dan Minim Wisatawan

Gelaran Festival Gunung Slamet Purbalingga Kurang Greget dan Minim Wisatawan

PURBALINGGA - Ada yang unik dalam gelaran perang hasil bumi dalam rangkaian Festival Gunung Slamet (FGS) 2016, yang digelar di Rest Area Desa Serang, Kecamatan Karangreja, kemarin (14/10). Bupati Purbalingga H Tasdi SH MM ikut menjadi peserta perang tomat bersama warga. kurang-greget-dan-minim-wisatawan Tasdi terlihat saling melempar tomat. Peserta lainnya bahkan tak segan untuk melempari Tasdi dengan tomat. Sekitar lima menit, Tasdi harus menerima lemparan tomat dari beberapa peserta. Ditemui usai kegiatan, Tasdi mengatakan, memiliki banyak catatan dalam kegiatan yang menjadi salah satu unggulan penyelenggaraan FGS. Antara lain, penggunaan tomat setengah matang yang membuat peserta harus menahan sakit saat kena lemparan. Selain itu, Tasdi juga menyoroti minimnya peserta perang tomat. "Tahun depan harus lebih banyak lagi. Minimal harus ada 1.000 peserta yang turun langsung mengikuti perang hasil bumi. Sehingga acaranya jadi jauh lebih meriah," jelasnya. Dia juga meminta peserta bukan hanya warga Desa Serang saja, tetapi juga wisatawan. "Nanti wisatawan yang ingin ikut perang hasil bumi, harus membeli tomat minimal satu kilogram. Ini bisa membantu petani tomat memasarkan hasil bumi mereka," ujarnya. Sementara itu, pelaksanaan FGS kali ini dinilai kurang greget. Event nasional yang digelar dengan anggaran sekitar Rp 700 juta, belum mampu menjadi magnet untuk menghadirkan wisatawan luar daerah. Acara yang digelar di kawasan Desa Wisata Serang, hanya dihadiri warga desa setempat dan sekitarnya. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Setyadi membenarkan hal itu. “Gebyar acara ini belum terasa. Perlu dilakukan evaluasi agar ke depan bisa lebih semarak dan meriah. Apalagi ini menggunakan anggaran yang besar," ujarnya. Dia menambahkan, seharusnya sebelum event digelar sudah dilakukan promosi yang gencar di media masa untuk memberitahukan ada gelaran FGS. Dia juga melihat konsep penyelenggaraan kurang jelas. Menurutnya, seharusnya event yang digadang-gadang menjadi andalan wisata Kabupaten Purbalingga dipublikasikan dengan baik. "Seharusnya baliho dan umbul-umbul acara sudah terlihat sejak dari wilayah Purbalingga kota. Sehingga masyarakat Purbalingga dan sekitarnya bisa mengetahui ada acara berlabel nasional di Purbalingga," tuturnya. (tya/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: