Bagi Pengalaman Cegah Terorisme

Bagi Pengalaman Cegah Terorisme

[caption id="attachment_98899" align="aligncenter" width="100%"]Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kiri) melambaikan tangan sebelum bertolak ke Amerika Serikat di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu (14/2). Presiden Jokowi ke AS dalam rangka mengikuti US-ASEAN Summit di Sunnyland, California. FOTO: BAYU PUTRA/JAWA POS Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kiri) melambaikan tangan sebelum bertolak ke Amerika Serikat di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu (14/2). Presiden Jokowi ke AS dalam rangka mengikuti US-ASEAN Summit di Sunnyland, California. FOTO: BAYU PUTRA/JAWA POS[/caption] JAKARTA- Sejumlah agenda menanti Presiden Joko Widodo dalam lawatan kali kedua ke Amerika Serikat empat hari ke depan. Kemarin (14/2), Presiden bertolak ke AS dari bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Dalam rombongan kecil yang dibawa Presiden, hanya ada Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. Agenda utama Presiden dalam lawatan kali ini adalah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-AS (ASEAN-US Summit) di Sunnylands, California. KTT dijadwalkan berlangsung hari ini dan besok (16/2). Hari berikutnya, Presiden akan menyampaikan pidato kunci pada acara US-ASEAN Bussiness Council di San Fransisco, California. "Kunjungan ke San Fransisco juga akan saya manfaatkan untuk berkunjung ke Silicon Valley untuk melakukan pertemuan dengan CEO-CEO2 perusahaan raksasa IT," ujar Jokowi sebelum berangkat kemarin. Oktober tahun lalu, dalam kunjungan pertamanya ke AS, Jokowi batal ke Silicon Valley untuk bertemu CEO Apple dan Google. Presiden memutuskan pulang lebih cepat karena bencana asap di Indonesia kala itu makin parah. Ada dua isu yang dibawa Presiden ke KTT, yakni kesejahteraan dan isu perdamaian kawasan. Indonesia akan mendorong peningkatan kesejahteraan ekonomi di tiga bidang. Di antaranya, Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), promosi kewirausahaan dan inovasi, serta pengembangan ekonomi digital. Dalam hal perdamaian, Jokowi bakal memimpin sidang yang membahas isu terorisme. Kesempatan itu, lanjut mantan Wali Kota Solo tersebut, akan digunakan untuk berbagi pengalaman Indonesia sebagai penduduk dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Khususnya, dalam hal membangun toleransi, mencegah radikalisme, dan memberantas aksi terorisme. "Kita akan mengangkat pentingnya keterlibatan masyarakat, termasuk melalui media sosial dalam melawan terorisme," tutur Presiden yang 21 Juni mendatang berusia 55 tahun itu. Sementara itu, Anggota tim komunikasi Presiden Ari Dwipayana menjelaskan, Presiden masih memiliki satu agenda lagi di San Fransisco. "Presiden juga akan bertemu dengan diaspora Indonesia di San Fransisco yang jumlahnya cukup besar," terangnya. Dalam perjalanan ke AS kemarin, Presiden transit dua kali, masing-masing di Guam dan Honolulu. Di Andersen Air Force Base, Guam, Presiden ditemui Wakil Kepala Perwakilan KBRI Washington DC Sidharto Suryodipuro. "Presiden dan rombongan dijadwalkan kembali ke tanah air pada Jumat pagi (19/2)," tambahnya. Sementara itu, pakar Hubungan Internasional Universitas Padjajaran teuku Rezasyah memprediksi Presiden juga akan membahas isu Laut China Selatan dalam kunjungan tersebut. Meski tidak secara spesifik dijelaskan di awal, namun isu tersebut diprediksi akan menjadi bahasan mengingat dampaknya yang luas terhadap keamanan kawasan. "Mungkin tidak akan menggunakan Laut China Selatan, tapi di kawasan yang dipersengketakan negara besar tertentu dan sebagian negara ASEAN," terangnya. Presiden akan mempertegas posisi Indonesia bahwa Indonesia adalah negara non-claimant (tidak ikut mengklaim). Indonesia juga senantiasa terbuka untuk menjadi penghubung antara pihak-pihak yang bersengketa. Isu tersebut memang sangat sensitive dibicarakan di AS, mengingat hubungan yang kurang baik antara AS dan Tiongkok mengenai LCS. Karena itu, dia berharap Presiden sangat hati-hati dalam mengeluarkan statemen. "Kalau perlu statemen dibacakan, jangan terjebak pada konferensi pers yang tdiak bisa dikendalikan," lanjutnya. Lewat kunjungan tersebut, Presiden harus mampu memainkan peran sebagai juru damai, dan tidak mengkritik kedua belah pihak. Khususnya, mengkritik Tiongkok. Menurut Reza, apabila harus mengkritik, sebaiknya dilakukan di Jakarta, bukan di AS. Tiongkok lebih bisa menerima kritik apabila disampaikan di Jakarta. Isu lainnya, Indonesia diprediksi juga akan membahas persoalan Trans Pacific Partnership. Sebab, para politikus maupun internal pemerintahan di AS juga masih belum satu suara mengenai hal tersebut. "Ada baiknya Pak Jokowi menanyakan langsung kepada Obama mengenai perkembangan TPP yang terakhir," tambahnya. Sebab, Indonesia secara langsung berkepentingan dengan TPP. (byu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: