Pariwisata Indonesia siaga COVID-19

Pariwisata Indonesia siaga COVID-19

Siti Nur Azizah., SE., MSi Corona Virus Disease (COVID-19) mempengaruhi berbagai sektor di Indonesia termasuk industri pariwisata. Berbagai upaya di lakukan pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan berbagai resiko yang mungkin muncul akibat wabah virus ini. Kebijakan pemerintah untuk menutup seluruh objek wisata tentunya menjadi berita buruk bagi pelaku usaha pariwisata dan penginapan di seluruh Indonesia. Penutupan objek wisata membuat industri periwisata dan penginapan tidak memiliki input pendapatan, sedangkan resiko pemeliharaan dan kebersihan tetap dibebankan untuk menjaga keberlangsungan asset pariwisata meskipun tanpa input pendapatan selama beberapa waktu. Sayangnya, tidak seluruh pelaku usaha pariwisata dan penginapan memiliki cadangan biaya pemeliharaan asset yang cukup selama pandemi COVID-19 ini berlangsung. Akibatnya, beberapa sektor pariwisata mulai meminimalisir pengeluaran melaui perampingan karyawan yang tentunya dalam skala besar dapat meningkatkan jumlah pengangguran. Seiring dengan anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing membuat sector pariwisata menjadi semakin tidak berdaya. Pendapatan sector pariwisata berasal dari kunjungan para wisatawan di daerah tertentu yang menjadi destinasi wisata. Wisatawan dapat berasal dari dalam negeri maupun mancanegara, sedangkan akibat dari COVID-19 ini membuat kecemasan global bagi wisatawan dunia untuk mengunjungi destinasi wisata di Indonesia. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Virus Corona mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia sampai 30 persen selama Januari dan Februari dari tahun 2017-2020. Penurunan drastic ini menjadi momok yang mengancam keberlangsungan industri wisata terutama bagi destinasi wisata mancanegara yang biaya pemeliharaannya sudah tersetting tinggi. Industri ini menjadi tidak stabil karena settingan awal nya sebagai industri berpendapatan tinggi dengan fasilitas yang ditawarkan juga tidak murah, kemudian secara mendadak harus di kosongkan dan tidak memiliki input pendapatan sama sekali. Sedangkan biaya pemeliharaan fasilitas nya harus tetap dibayarkan karena untuk menjaga asset pariwisata sehingga asset dan fasilitas tersebut tetap dapat dimanfaatkan saat pandemi ini telah selesai. Yang menjadi pertanyaan adalah, sampai kapan pandemi COVID-19 ini akan berakhir? Lalu seberapa lama industri ini harus bertahan dengan mengeluarkan biaya perawatan asset wisata tanpa memiliki input pendapatan? Kekhawatiran ini menjadikan kebimbangan bagi pelaku usaha pariwisata untuk tetap bertahan dalam industri priwisata dengan kondisi seperti ini selama waktu yang belum bisa ditentukan, atau memilih menjual asset wisata tersebut dan beralih pada sektor usaha yang lainnya. Bagi pemerintah maupun pelaku bisnis pariwisata yang masih ingin tetap bertahan menjalankan usaha di sektor wisata, sebaiknya mulai mempersiapkan ide kreatif untuk menunjukkan eksistensi dan improvisasi di bidang pariwisata selama pandemi ini. Hal ini sebagai wujud keberadaan objek wisata di kalangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa objek wisata tersebut tetep menerima pengunjung pasca pandemic COVID-19 berakhir. Sektor wisata harus lebih menggencarkan promosi dan tawaran menarik kepada para wisatawan untuk lebih meningkankan minat wisatawan. Selain sebagai media eksistensi, promosi mauapun tawaran menarik tersebut dapat menanggulangi “krisis pariwisata” dengan menarik dana dari para wisatawan melalui pelayanan prabayar dengan pemotongan biaya yang fanstastis. Hal ini berdampak positif bagi industri wisata karena tetap dapat memiliki pemasukan di masa wabah virus seperti ini. Peningkatan promosi dengan ide-ide kreatif dapat memanfaatkan social media dan video channel yang sering diakses oleh wisatawan sebagai sarana informasi, terutama pada masa “stay at home” yang sedang berlangsung saat ini. Data kunjungan wisatawan menunjukkan beberapa Negara utama dari wisatawan yang datang ke Indonesia. Wisatawan Indonesia mayoritas berasal dari Malaysia, Singapore, China, Australia dan Timor leste. Artinya ide kreatif dapat di segmenkan sesuai dengan negara kantong-kantong utama wisatawan untuk meningkatkan efektivitas promosi pariwisata. Sehingga, para wisatawan tetap menjalankan anjuran pemerintah negara masing-masing untuk “mengisolasi diri” dan pariwisata Indonesia tetap diminati wisatawan mancanegara melalui promosi online yang tepat sasaran. Hal ini tentunya kan lebih meningkatkan produktivitas marketing pariwisata karena dapat fokus membuat media promosi yang efektif dan efisien selama pandemi ini belum jelas di ketahui masa berakhirnya. Dampaknya, saat pandemic COVID-19 berakhir dan saat para wisatawan sudah bersiap-siap untuk mengunjungi destinasi wisata yang sudah di pesan sebelumnya, pariwisata Indonesia tetap eksis di kalangan wisatawan dan sudah siap memberikan pelayanan terbaik pagi para wisatawan yang berkunjung. Sehingga, sektor pariwisata Indonesia tetap stabil dan tetap menjalankan usaha di bidang pariwisata di kedmudian hari. Siti Nur Azizah., SE., MSi Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammdiyah Purwokerto Putri Duta Wisata Kabupaten Tegal tahun 2012.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: